Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - 27/01/2016, 19:09 WIB
Dian Maharani

Penulis

CIKARANG, KOMPAS.com - Indonesia disebut sebagai negara dengan biodiversitas atau keanekaragaman hayati terbesar kedua di dunia setelah Brasil. Indonesia memiliki sekitar 30.000 tanaman dan 940 di antaranya merupakan tanaman yang berkhasiat sebagai obat.

Menurut Executive Director DLBS (Dexa Laboratories of Biomolecular Science) PT Dexa Medica, Dr. Raymond R Tjandrawinata, fakta tersebut menunjukkan, bahwa Indonesia bisa menjadi sumber bahan baku obat herbal.

Dengan melakukan riset, bahan baku alami dari Indonesia bisa menjadi obat fitofarmaka atau obat herbal yang setara dengan obat modern.

"Banyak bahan baku dari Indonesia yang bisa dikembangkan dengan modern. Indonesia tidak kalah dengan luar negeri," ujar Raymond dalam diskusi di kawasan industri Dexa Medica di Cikarang, Jawa Barat, Rabu (27/1/2016).

Raymond mengatakan, bahkan banyak orang dari luar negeri yang mencari bahan baku dari Indonesia. Untuk itu, menurut Raymond, sangat disayangkan jika Indonesia sebagai gudang bahan baku herbal tidak bisa memanfaatkannya menjadi fitofarmaka.

Diungkapkan Raymond, saat ini hanya ada 7 fitofarmaka, 43 herbal terstandar, dan sekitar 9000 jamu. Menurut Raymond, kualitas produk fitofarmaka tak kalah dengan obat modern atau obat kimia.

Ia mencontohkan, saat ini sudah ada beberapa obat herbal modern yang bersumber 100 persen dari bahan baku alami di Indonesia.

Obat herbal modern itu antara lain, obat untuk penyakit diabetes, batuk, pelancar sirkulasi darah, hingga membantu pengobatan kanker payudara. "Jika fitofarmaka dikembangkan, Indonesia bisa mengurangi impor obat dan mampu bersaing di era MEA," kata Raymond.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau