Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - 19/05/2016, 16:07 WIB
Dian Maharani

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com - Hipertensi atau tekanan darah tinggi merupakan penyakit yang cukup banyak pasiennya di Indonesia. Berdasarkan Riset Kesehatan Dasar 2013, terdapat 25,8 persen pasien hipertensi. Sayangnya, banyak pasien yang tak sadar terkena hipertensi.

"Lebih dari 60 persen tidak sadar mereka terkena hipertensi. Dan lebih dari 80 persen di antaranya tidak mengontrol tekanan darah," ujar Ketua Perhimpunan Hipertensi Indonesia Dr. dr. Yuda Turana, SpS di kantor PERKI, Jakarta, Rabu (18/5/2016).

Yuda mengatakan, hipertensi umumnya tidak memunculkan gejala. Karena itulah hipertensi sering disebut pembunuh diam-diam. Hipertensi sering kali baru diketahui ketika sudah menimbulkan komplikasi penyakit lain.

Wakil Ketua I Perhimpunan Hipertensi Indonesia dr. Tunggul D Situmorang, SpPD-KGH menambahkan, hipertensi memang tidak bergejala.

"Katanya, kan salah satu gejalanya sering pusing misalnya. Itu artinya sudah terjadi hipertensi," kata Tunggul.

Pencegahan utama, lanjut Tunggul, dengan rutin mengecek tekanan darah dan melakukan pola hidup sehat. Terutama bagi mereka yang memiliki faktor risiko hipertensi.

Hipertensi bisa disebabkan oleh berbagai faktor, antara lain faktor genetik dan gaya hidup. Umumnya, hipertensi terjadi pada usia 35-55 tahun.

Namun, kini juga ditemui pada usia yang lebih muda. Hal ini karena gaya hidup tidak sehat sejak kecil, seperti konsumsi makanan tinggi garam yang berlebihan, jarang atau tak pernah, olahraga, merokok, dan kurang tidur.

Tekanan darah dikatakan normal jika kurang dari 140/90 mmHg. Tetapi, jika tekanan darah dalam kisaran 130-139/85-89 mmHg, maka sudah termasuk pre-hipertensi dan Anda harus segera mengubah gaya hidup lebih sehat agar tak lanjut menjadi hipertensi.

Penanganan hipertensi yang utama adalah dengan memodifikasi gaya hidup. Jika sudah lanjut, pasien harus minum obat antihipertensi seumur hidup untuk mengontrol tekanan.

Tekanan darah yang tidak terkontrol dapat menyebabkan terjadinya komplikasi berbagai penyakit, seperti stroke, jantung, gagal ginjal, hingga disfungsi ereksi.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com