Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - 04/11/2016, 19:00 WIB
Dian Maharani

Penulis

KOMPAS.com - Pilkada datang lagi. Hampir setiap pesta demokrasi selalu diwarnai keriuhan dan luapan emosi negatif, baik dari pihak calon pemimpin maupun pendukungnya.

Kampanye pilkada itu bukan cuma mendatangkan harapan, tapi juga kecemasan. Situasi berhadap-hadapan antar pendukung pasangan calon kepala daerah itu membawa stres tersendiri.

Menurut Anthony Dio Martin, Emotional Quotient Trainer, demi Pilkada yang menyehatkan mental, seharusnya kampanye diisi dengan lebih banyak menyebarkan program-program positif untuk kemajuan daerah yang akan dipimpin.

Bukan seperti yang terjadi selama ini, saling menjelek-jelekkan dan menjatuhkan, sehingga hanya fokus pada kelemahan dan kekurangan seseorang.

"Mestinya kalau bicara Pilkada, kita bicara kemajuan. Kamu punya program sukses apa? Solusinya apa? Ini membuat kehidupan kita semakin meningkat," kata Martin ditemui seusai seminar Mental Detoxification di Jakarta beberapa waktu lalu.

Calon pemimpin diharapkan fokus pada tujuan untuk memajukan dan memperbaiki berbagai masalah di daerah yang akan dipimpinnya.

Begitu pula dengan para pendukungnya. Menurut Martin, masyarakat sebaiknya tidak saling memanasi atau menyebarkan kabar bohong yang dapat menyulut emosi. Pikir ulang sebelum berbicara, menuliskan atau menyebarkan sesuatu, apakah ada manfaatnya? atau lebih banyak dampak negatifnya?

"Paling gampang, ya jangan ikut mengompori. Jangan menambahi lagi, cukup sudah. Segala yang salah berhenti di kita. Kalau kita lanjutkan, tambahkan, meski komentar kecil, enggak akan menyelesaikan masalah. Lebih baik kita lakukan sesuatu yang lebih positif," kata Martin.

Martin menuturkan, jika terus dikelilingi hal-hal yang negatif, emosi dan sikap seseorang pun cenderung menjadi negatif. Jika dibiarkan terus terjadi, bisa menyebabkan stres, pesimis, hingga merusak hubungan sosial.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com