KOMPAS.com – Terdapat sejumlah alasan kenapa orang sulit berhenti merokok selama ini.
Guru Besar Fakultas Kedokteran, Kesehatan Masyarakat, dan Keperawatan (FKKMK) Universitas Gadjah Mada (UGM) Yogyakarta, Prof. Dra. RA. Yayi Suryo Prabandari, M.SI, P.HD, menyampaikan setidaknya ada tujuh hal yang dapat menjadi penyebab orang sulit berhenti merokok.
Berikut penjelasannya:
1. Rokok atau tembakau bersifat adiktif
Yayi mengungkap, alasan pertama dan paling utama kenapa orang sulit berhenti merokok, yakni karena rokok atau tembakau bersifat adiktif.
Dia menjelaskan soal siklus adiksi nikotin yang terkandung di dalam rokok.
Ketika nikotin terserap ke dalam darah dan diteruskan ke otak, akan diterima oleh reseptor α4β2.
Setelah itu, terjadi pelepasan dopamin yang memberikan rasa nyaman.
Ketika zat dopamin berkurang, rasa nyaman hilang dan timbul keinginan untuk kembali merokok.
“Begitu seterusnya, sehingga orang sulit untuk berhenti merokok,” jelas Yayi saat menjadi narasumber dalam Webinar Tips Berhenti Merokok di Era New Normal yang diadakan Komunitas 9CM bersama Pusat Perilaku dan Promosi Kesehatan FKKMK UGM, FCTC Indonesia, dan Quit Tobacco Indonesia, Sabtu (27/6/2020).
Sementara, ketika perokok berhenti merokok, maka akan muncul gejala putus nikotin yang menyebabkan tubuh merasa tidak nyaman.Hal itu dikarenakan neurotransmitter yang selama ini memberikan efek nyaman pada perokok jadi berdampak sebaliknya, seperti batuk-batuk, tak enak badan, sakit kepala, sulit tidur, dan lain-lain.
Maka dari itu, orang akan semakin sulit untuk berhenti merokok.
2. Harga rokok terjangkau
Yayi menilai orang sulit berhenti merokok juga karena harga rokok di Indonesia yang masih terjangkau.
Kondisi tersebut berbeda dengan yang terjadi di beberapa negara lain. Di mana, harga rokok di luar negeri sengaja dibuat mahal sehingga hanya bisa dibeli oleh kalangan tertentu.
3. Kebijakan Kawasan Tanpa Rokok (KTR) belum jalan optimal
Dosen Departemen Perilaku, Kesehatan, Lingkungan, dan Kedokteran Sosial FKKMK UGM ini, melihat kebijakan KTR belum diterapkan oleh semua lapisan atau semua daerah.
Dengan demikian, aktivitas rokok masih bisa dilakukan secara bebas.
4. Pemahaman tentang bahaya merokok belum maksimal
Yayi melihat, yang terjadi sekarang, sosialisasi bahaya merokok “tidak seimbang” dengan iklan rokok.
5. Belum semua masyarakat “berpihak” pada tidak merokok
Tak hanya menunjukkan sikap permisif dan apatis terhadap rokok, beberapa orang bahkan memilih menentang sikap tidak merokok.
6. Citra rokok
Masyarakat teralihkan dengan citra “positif” rokok yang dikuatkan oleh iklan, sponsorship dan “program” yang dibiayai industri (karena mereka menjual produk)
Akibatnya, informasi bukti bahaya kesehatan rokok tidak terakses masyarakat luas.
7. Belum semua profesi kesehatan bersatu padu
Menurut Prof Yayi, belum semua profesi kesehatan bersatu padu berjuang dan membantu perokok untuk berhenti.
“Bantuan untuk berhenti merokok sangat minimal di Indonesia,” kata Ketua Perkumpulan Promotor dan Pendidik Kesehatan Masyarakat Indonesia (PPPKMI) Cabang Provinsi DIY itu.
Perjalanan orang menjadi perokok
Yayi menerangkan, ada banyak cara seseorang bisa menjadi perokok.
Mereka bahkan bisa mulai menjadi perokok dari usia pra sekolah.
Berikut ini perjalanan menjadi perokok sesuai kelompok usia berdasarkah hasil identifikasi Ketua Health Promoting University (HPU) UGM tersebut:
Usia pra sekolah:
Pra remaja
Remaja:
Dewasa:
Yayi menyadari bagi sebagian orang, berhenti merokok mungkin akan susah untuk dilakukan karena efek candu nikotin.
Namun, hal itu patut diperjuangkan karena bahaya rokok sangat nyata, seperti memperbesar peluang terkena penyakit kanker paru-paru.
Dia menerangkan asam rokok mengandung zat karsinogenik atau racun, termasuk benzene dan formaldehyde.
“Merokok menjadikan seseorang menjadi lebih rentan terhadap serangan virus, bakteri, dan penyakit lainnya,” jelas Koordinator Quit Tobacco Indonesia ini.
Sementara itu, di masa pandemi Covid-19 ini, Yayi menyampaikan, merokok dapat meningkatkan risiko penularan virus corona baru dan akan memperberat komplikasi penyakit akibat Covid-19.
Menurut dia, aktivitas merokok rentan menjadi wahana penularan Covid-19 karena melibatkan kontak jari yang mungkin terkontaminasi dengan mulut secara intens. Hal tersebut memberikan peluang bagi virus dari jari tangan berpindah ke mulut dan masuk ke dalam tubuh.
Perokok tidak hanya lebih rentan terhadap virus corona.
Apabila perokok terinfeksi Covid-19, akan memperberat kondisi tubuhnya karena mereka cenderung sudah mempunyai masalah di paru-paru akibat zat-zat kimia yang terisap saat merokok.
https://health.kompas.com/read/2020/06/28/163200168/7-alasan-kenapa-orang-sulit-berhenti-merokok