Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Anak-anak Itu Hidup Kekurangan Gizi

Kompas.com - 15/04/2011, 08:57 WIB

Beberapa puluh meter dari tempat tinggal Wulan, tinggal Damar (1), anak balita yang juga bergizi buruk. Kata Siska Rani (27), ibunya, Damar juga baru saja dirawat di RS Tarakan setelah diare, demam tinggi, batuk-pilek tak henti. ”Waktu usianya 10 bulan, beratnya cuma 6 kilogram, sekarang sudah 7,6 kilogram,” ujarnya.

Istri ketua RT 15, Ani (47), mengatakan, ketiga anak balita bergizi buruk itu sudah mendapat bantuan dari puskesmas kelurahan berupa susu dan bubur kaleng. ”Begitu habis, tinggal memberi tahu kami saja. Nanti kami yang urus,” kata Ani.

Namun, bagi Salimatul, susu yang diberikan puskesmas kurang cocok, seperti disampaikan ayahnya, Saifulloh.

Kepala Suku Dinas Kesehatan Jakarta Barat Agung Sagung Parwanthi, dihubungi terpisah, mengatakan, umumnya anak balita bergizi buruk di Jakarta disertai penyakit. ”Jadi, penyakit lebih menjadi penyebab gizi buruk. Logika sederhananya, karena penyakit, si balita jadi susah makan dan lemas sehingga menderita gizi buruk,” ujarnya.

Hal itu untuk membedakan gizi buruk murni dan gizi buruk yang disertai penyakit.

Sebelumnya, Dewan Pembina Yayasan Gerakan Masyarakat Sadar Gizi Zaenal Abidin, kepada wartawan, mengatakan, angka penderita gizi buruk di Indonesia masih tinggi. Tahun 2010 jumlahnya mencapai 43.616. Pemerintah berniat menekan hingga 15,1 persen pada 2015. (WINDORO ADI)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com