Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Bertahan atau Bercerai?

Kompas.com - 22/05/2011, 04:02 WIB

Mengambil keputusan

Perkawinan yang telah dipersiapkan dengan matang melalui saling mengenal secara mendalam pasangan dan keluarga pasangan pun masih dapat menghadapi berbagai masalah. Apalagi yang dilakukan ”terpaksa”, atau tidak dipersiapkan dengan baik. Sayang hal ini sering disadari setelah terlambat.

Pertanyaan penting: apakah pasangan dapat sungguh berubah dan sejauh mana kita benar-benar memberi kesempatan padanya untuk berubah? Tidak jarang, saking terkejutnya dengan kejadian yang dialami, istri/suami kehilangan kepercayaan lalu semua tindakan pasangan dicurigai, terus bersikap keras, tidak membuka dialog dan selalu mengungkit kesalahan pasangan di masa lalu. Suatu hal yang menghambat penyelesaian masalah.

Perlu pula dipahami, seseorang lebih mungkin berubah bila ia terlihat sungguh menyesal, mengerti kesalahannya, dan betul-betul mencoba memperbaiki diri. Maksudnya, tidak mencari-cari alasan, malah berbalik menyalahkan kita atau orang-orang lain, minta maaf tetapi dengan terpaksa atau ogah-ogahan, ataupun terus-menerus tetap mengulang perbuatannya.

Untuk dapat mengambil keputusan secara baik, kita perlu merenung dalam situasi yang tenang dan memetakan semua alternatif solusi dengan berbagai konsekuensinya. Sebisa mungkin dengan mempertimbangkan masukan dari orang-orang lain yang kita percayai dan kita anggap cukup bijaksana. Tetap pada akhirnya keputusan harus kita ambil sendiri.

Pak R sebenarnya telah mendapat ”restu” dari anak dan keluarga besar istri untuk mengambil keputusan apa pun yang dianggap lebih baik, sementara Mbak S perlu mencari pihak yang dapat membantu memetakan masalah dengan lebih jelas. Apakah bercerita dengan hati-hati pada orangtua sendiri dan/atau mertua dapat membantu untuk memahami persoalan dengan lebih baik, atau justru memperuncing masalah?

Tidak jarang dengan niat baik kedua belah pihak, perkawinan dapat dipertahankan dan diperbaiki. Tetapi bila situasinya memang serba sulit dan tidak enak, keputusan yang diambil berpulang pada nilai-nilai hidup yang dijunjung oleh masing-masing kita. Apakah memilih bertahan karena alasan iman atau untuk memastikan pemenuhan kebutuhan ekonomi anak, meski diri sendiri merasa tidak bahagia? Ataukah berpisah demi kebahagiaan dan ketenangan diri, meski terpaksa mengecewakan orangtua, menyulitkan diri (misal: karena harus memulai lagi hidup dari nol), atau menyakiti pasangan (yang tidak siap berpisah)?

Hidup ini tidak pernah sempurna. Hal yang juga penting adalah mengambil langkah-langkah khusus untuk meminimalkan situasi negatif. Misalnya, bila memutuskan bertahan meski kurang nyaman dengan pasangan, perlu mengambil langkah-langkah aktif dan positif untuk tetap dapat mengupayakan kebahagiaan diri dan keluarga. Demikian pula bila memutuskan berpisah.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com