Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - 12/07/2013, 11:30 WIB
Rosmha Widiyani

Penulis

Sebagai penyakit yang menyerang sistem kekebalan tubuh sendiri (autoimun), lupus menimbulkan gejala berbeda pada setiap orang. Bila lupus ditandai penumpukan cairan di paru-paru, sering dikira sebagai TBC. Sementara bila dibarengi penurunan trombosit, menjadi serupa demam berdarah.

"Tidak semua dokter bisa terampil mendiagnosis lupus. Meski ada gejala yang sama, misal bercak," kata Guru Besar Ilmu Penyakit Dalam FKUI itu.

Menurut Zubairi, lupus sering ditemukan pada usia 15-40 tahun. Gejala dibedakan menjadi klinis dan lab. Berdasarkan kriteria lupus yang dikeluarkan pada 2012, gejala klinisnya antara lain anemia, rematik, kekurangan trombosit, rambut rontok, kadar protein pada ginjal lebih dari 0,5 gram. Sementara gejala lab meliputi tes immunologik, antara lain anti nuclear antibodies (ANA), Anti dsDNA, dan kadar komplemen yang rendah.

Di Indonesia, diperkirakan ada 12.700 orang dengan lupus (odapus), dengan 93 persen penderita di antaranya adalah wanita.

Lupus, kata Zubairi, dapat disembuhkan asal penderitanya disiplin dan tidak mengalami stres. "Bisa sembuh asal tidak putus obat, tidak stres, dan banyak makan sayur serta buah," tegasnya.

Sementara ketua dan pendiri Yayasan Lupus Indonesia (YLI), Tiara Savitri menyatakan penderita lupus dapat hidup dan beraktivitas seperti orang biasa. "Lupus itu seperti flu atau batuk, asal perawatan tepat tidak perlu khawatir," katanya.

Hal itu pula yang selalu ditekankan Tiara kepada para penderita lupus. Tiara sudah dideteksi lupus sejak 1987, ketika berusia 17 tahun. Namun lupus tak membuatnya lemah.

Hasilnya Tiara berhasil mendaki 11 gunung di Indonesia yaitu Kelabat, Slamet, Agung, Gde Pangrango, Kerinci, Rinjani, Singgalang, Baukaraeng, dan Tambora. "Melalui LGTN ini saya ingin menunjukkan odapus bisa. Kita harus lawan ketakutan yang ada, dan jadi individu yang berkualitas," katanya.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:

Video rekomendasi
Video lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com