Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - 07/11/2013, 12:13 WIB
Wardah Fajri

Penulis

* Standar tinggi.
Perfeksionis bukan hanya memiliki standar tinggi terhadap dirinya sendiri atau orang lain, tapi juga mengevaluasi diri dengan standar tinggi.

* Ekspektasi orangtua.
Perfeksionis cenderung meyakini orangtua mereka menuntut hasil sangat tinggi terhadapnya.

* Kritik orangtua.
Perfeksionis menyadari bahwa orangtua mereka berlebihan dalam mengkritik.

* Keraguan.
Perfeksionis sebenarnya ragu akan kemampuan mereka dalam menyelesaikan tugas atau pekerjaan.

* Organisasi.
Perfeksionis kerap menekankan pada memberi perintah.

"Kebanyakan orang sukses punya standar tinggi terhadap diri sendiri. Dan mereka cenderung merasa senang," terang Frost.

Para perfeksionis, lanjut Frost, juga cenderung khawatir melakukan kesalahan. Padahal sebenarnya orang lain tak melihat ada kesalahan yang mereka lakukan.

"Mereka hanya tak merasa pasti, juga meragukan kualitas tindakan mereka," terangnya.

Menurut Frost, intoleransi terhadap ketidakpastian juga merupakan ciri obsesif kompulsif dan gangguan kecemasan umum.

Dalam studinya, Frost juga menunjukkan adanya keterkaitan antara sikap orangtua yang terlalu menuntut dan kritis terhadap sikap perfeksionis anak.

"Orangtua yang yang hanya fokus pada kesalahan membesarkan anak yang juga akan melakukan hal sama. Ada modeling berperan di sana. Juga ada efek interpersonal, yang ditransmisikan dari figur berkuasa dalam kehidupan anak yang sangat kritis dan penuh tuntutan," ungkapnya.

Fokus pada kesalahan merupakan isu utama dari perfeksionisme. Ini mendorong munculnya kondisi sikap mengkritik berlebihan, kepatuhan yang kaku, standar yang ketat, yang merupakan unsur perfeksionisme.

Alih-alih menuntut diri sempurna, sebenarnya yang lebih baik dimiliki setiap pribadi adalah keunggulan.

"Ada perbedaan antara keunggulan dan kesempurnaan," jelas Miriam Adderholdt, pengajar psikologi di Lexington, North Carolina, dan penulis buku Perfectionism: What's Bad About Being Too Good?

Keunggulan, terangnya, menekankan pada menikmati apa yang Anda kerjakan, dan merasa nyaman dengan apa yang Anda pelajari atau pengalaman yang Anda dapatkan, serta mendorong pengembangan kepercayaan diri.

Sementara kesempurnaan, lebih menekankan pada perasaan negatif terhadap sesuati dan sikap selalu mencari kesalahan meski usaha yang dilakukan telah maksimal.

Mengapa keunggulan lebih penting? Karena sikap menuntut diri sempurna hanya akan menghambat seseorang mengembangkan kemampuan sosialnya juga kemampuan mengelola emosi. Padahal, kata Frost, kedua kemampuan ini penting dimiliki sebagai bekal bertahan hidup.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com