Saat ini, tercatat ada 60 strain HIV-1 yang eksis. Sedangkan, menurut para peneliti studi, strain yang baru ditemukan itu memiliki periode paling singkat antara infeksi dan perkembangannya menjadi AIDS. Periode waktunya diperkirakan hanya sekitar lima tahun.
Para peneliti mengatakan, strain HIV baru itu merupakan peleburan antara dua strain HIV yang umum di Guinea-Bissau, negera kecil di Afrika Barat. Strain baru yang disebut sebagai "rekombinan" itupun baru hanya ditemukan di negara tersebut.
"Rekombinan lebih ganas dan agresif dibandingkan dengan strain yang sebelumnya," ujar peneliti Angelica Palm, kandidat doktoral dari Lund University.
Studi sebelumnya menunjukkan, penyebaran virus tipe rekombinan lainnya tengah meningkat di seluruh dunia. Hal itu pun akhirnya juga berdampak ke semakin umum ditemukannya strain HIV rekombinan pada negara-negara dengan tingkat imigrasi yang tinggi, seperti Amerika Serikat dan Eropa.
Patrik Medstrand, profesor virologi klinis dari Lund University mengatakan, HIV merupakan virus yang dinamis dan bervariasi. Sementara itu, sub-tipe baru dan bentuk rekombinan dari HIV-1 yang baru ditemukan tersebut membuka kemungkinan bahwa sebenarnya virus rekombinan sudah banyak yang tersebar di seluruh dunia.
"Karena itu, kita dan penyedia jasa layanan kesehatan perlu sadar epidemi HIV-1 dapat berubah seiring waktu, dan tipe barunya lebih agresif daripada yang sebelumnya," pungkasnya.
Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.Tulis komentarmu dengan tagar #JernihBerkomentar dan menangkan e-voucher untuk 90 pemenang!
Syarat & KetentuanPeriksa kembali dan lengkapi data dirimu.
Data dirimu akan digunakan untuk verifikasi akun ketika kamu membutuhkan bantuan atau ketika ditemukan aktivitas tidak biasa pada akunmu.
Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.