Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - 05/05/2014, 12:16 WIB
|
EditorLusia Kus Anna

KOMPAS.com - Daging merah merupakan sumber zat besi yang baik. Namun, peneliti menemukan zat besi yang diperoleh dari sumber protein tersebut justru akan meningkatkan risiko penyakit jantung. Sebaliknya, jika didapat dari sayuran, zat besi tidak akan berdampak demikian.

Menurut peneliti, studi ini menambah bukti hubungan daging merah dengan risiko penyakit jantung. Terlebih jika daging merah dimakan secara berlebihan secara rutin.

Tipe zat besi yang berasal dari daging merah disebut zat besi heme. Zat besi tipe itu diserap lebih baik oleh tubuh dibandingkan dengan zat besi yang berasal dari sayuran. Inilah yang menyebabkan daging merah merupakan sumber zat besi yang lebih baik daripada sayuran.

Kendati demikian, kemampuan luar biasa zat besi dari daging merah ini ironisnya justru bisa mengubah sistem regulasi besi di tubuh dan menyebabkan peradangan dan kerusakan pada arteri.

Sebelumnya, beberapa studi pernah menunjukkan bahwa zat besi yang terlalu banyak dalam darah dapat memicu penyakit jantung bahkan kanker. Namun kebanyakan studi tersebut  belum mampu menjelaskan mekanismenya.

Dalam studi baru, peneliti asal Indiana University School of Public Health di Bloomington menganalisis 21 studi yang melibatkan hampir 300.000 peserta selama 10 tahun. Hasil analisis tersebut unik karena merupakan kali pertama mereka menentukan dampak dari zat besi heme, non-heme, dan total terhadap risiko penyakit jantung koroner seseorang.

Studi yang rencananya dipublikasi dalam Journal of Nutrition tersebut menemukan, peserta yang mengonsumsi banyak zat besi heme dari daging merah atau ikan memiliki peningkatan risiko penyakit jantung sebanyak 57 persen dibandingkan dengan mereka yang sedikit mengonsumsi zat besi heme.

Sebaliknya, mereka yang mengonsumsi zat besi non-heme, atau yang berasal dari sayuran, dalam kadar berapapun tidak mengalami peningkatan penyakit jantung sama sekali.

Menurut peneliti studi Jacob Hunnicutt, pakar nutrisi dari universitas tersebut, perbedaan struktur kimia antara zat besi heme dan nonheme lah penyebab perbedaan dampak tersebut. "Struktur unik dari zat besi heme sangat mudah diserap tubuh, bahkan ketika tubuh sudah cukup zat besi," katanya.

Saat sudah diserap, lanjutnya, zat besi meningkatkan laju oksidasi dari kolesterol "jahat" atau low density lipoprotein (LDL) sehingga menyebabkan inflamasi yang merusak.

Meskipun begitu, kekurangan zat besi masih menjadi perhatian kesehatan masyarakat. Pasalnya, ratusan juta anak-anak dan wanita masih kekurangan zat besi. Diketahui kekurangan zat besi dapat menyebabkan lemah, lelah, tidak mampu berkonsentrasi dan belajar dengan baik.

Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Video rekomendasi
Video lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Rekomendasi untuk anda
27th

Tulis komentarmu dengan tagar #JernihBerkomentar dan menangkan e-voucher untuk 90 pemenang!

Syarat & Ketentuan
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE
Laporkan Komentar
Terima kasih. Kami sudah menerima laporan Anda. Kami akan menghapus komentar yang bertentangan dengan Panduan Komunitas dan UU ITE.
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Close Ads
Verifikasi akun KG Media ID
Verifikasi akun KG Media ID

Periksa kembali dan lengkapi data dirimu.

Data dirimu akan digunakan untuk verifikasi akun ketika kamu membutuhkan bantuan atau ketika ditemukan aktivitas tidak biasa pada akunmu.

Lengkapi Profil
Lengkapi Profil

Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.

Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+