Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - 07/06/2014, 09:50 WIB
Unoviana Kartika

Penulis

KOMPAS.com - Mengetahui kanker lebih dini bisa memperbesar kesembuhan, termasuk kanker payudara. Inilah kenapa deteksi dini kanker payudara sangat dianjurkan, apalagi bagi mereka yang berisiko tinggi.

Salah satu metode yang paling baik dalam mendeteksi kanker payudara adalah mamografi. Sayangnya, sebagian orang menganggap, melakukan mamografi adalah siksaan. Payudara yang ditekan menimbulkan rasa nyeri sehingga mereka cenderung takut bahkan tak mau melakukannya lagi.

Padahal, rekomendasi para pakar menyebutkan mamografi perlu dilakukan secara rutin. Selang setahun bagi yang baru pertama kali melakukan, dan dua tahun sekali setelah dua kali pemeriksaan dinyatakan negatif.

Dokter spesialis bedah konsultan payudara Alfiah Amiruddin mengatakan, saat menjalani pemeriksaan mamografi, memang terjadi penekanan pada payudara. Namun jika dilakukan di saat yang tepat, rasa nyeri bisa dihindari.

"Kalau timing-nya tepat, mammografi tidak akan menimbulkan rasa nyeri. Timing yang tepat itu bukan satu minggu sebelum menstruasi," ujarnya baru-baru ini di Jakarta.

Ia menjelaskan, satu minggu sebelum haid, hormon di dalam tubuh sedang naik, sehingga saluran-saluran dan kelenjar-kelenjar susu membesar. Saat hormon meningkat, maka akan terjadi retensi cairan yang membuat kulit meregang. Inilah, kata dia, yang menyebabkan rasa sakit.

"Memaksa menekan payudara yang sedang penuh dengan cairan tentu saja akan menimbulkan rasa sakit. Ini sangat buruk ketika menimbulkan trauma dan menyarankan orang lain untuk tidak melakukan mamografi karena takut sakit," kata dokter dari RS Mitra Kemayoran ini.

Karena itu, Alfiah menyarankan supaya mamografi dilakukan sekitar satu minggu sesudah menstruasi. Pada saat ini, hormon sudah turun dan cairan pada payudara sudah berkurang jauh. Sehingga lebih nyaman ditekan saat menjalani pemeriksaan.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com