Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Deteksi Dini, Jawaban untuk Menghindari Kanker Payudara

Kompas.com - 16/06/2015, 18:10 WIB

Sadari sebenarnya sangat efektif untuk menemukan gangguan pada payudara. "Menurut penelitian, dengan perabaan saja sudah cukup mampu menemukan benjolan di bawah 3 sentimeter. Benjolan sebesar itu paling tinggi kanker stadium 2. Sebenarnya sadari itu cukup banyak membantu," paparnya.

Sadari sebaiknya dilakukan pada hari ke-3 hingga ke-5 seusai haid. Dalam posisi berdiri atau berbaring, kita bisa meraba dengan tiga jari (telunjuk, tengah, dan jari manis) secara lembut ke payudara.

Jika menemukan benjolan atau kerutan, bentuk payudara tidak simetris, puting tertarik ke dalam, kulit berubah seperti kulit jeruk, pembesaran kelenjar getah bening di ketiak, peradangan atau keluar cairan dari puting, perlu diwaspadai dan segera periksakan ke dokter.

Sementara itu, mamografi dianjurkan untuk wanita berusia di atas 35 tahun. "Pemeriksaan ini akan efektif pada payudara yang kepadatannya sudah turun. Artinya, gambarannya tidak terlalu padat sehingga bisa kelihatan kalau ada sesuatu. Kanker itu lebih padat, jadi kalau mau melihat yang padat di tengah yang padat agak susah karena satu warna," kata Walta.

Pemeriksaan mamografi ini sebenarnya memiliki kelebihan dalam hal melihat tanda ganas walau belum ada benjolan. "Jadi jauh lebih dini lagi, bahkan belum ada benjolan sudah bisa dicurigai. Nanti kalau ditemukan kelainan akan dikonfirmasi lagi dengan pemeriksaan USG," katanya.

“Mulailah memperhatikan bentuk dan ukuran payudara sendiri. Periksakan kedokter setidaknya satu tahun sekali,” imbuhnya.


Penyebab

Menurut situs American Cancer Society, tumor maupun kanker payudara adalah pertumbuhan menyimpang sel di payudara. Kebanyakan benjolan di payudara adalah tumor jinak yang tidak menyebar ke bagian tubuh lain dan tidak mengancam jiwa. Namun, tumor meningkatkan risiko perempuan terkena kanker payudara.

Sejauh ini, belum diketahui secara pasti penyebab kanker payudara. Namun, ada sejumlah faktor risiko terkait dengan kanker. Beberapa faktor risiko bisa dikontrol. Mereka yang punya anak tapi tidak menyusui, merokok, minum alkohol, pola makan tinggi lemak, serta kurang olahraga berisiko kena kanker.

Ada pula faktor yang tidak bisa diubah, seperti genetik, jenis kelamin, dan usia. Kanker payudara lebih banyak diderita perempuan walau laki-laki bisa juga terkena. Risiko terkena kanker payudara meningkat sejalan dengan pertambahan usia. Delapan dari 10 kasus kanker payudara ditemukan pada perempuan usia 50 tahun ke atas.

"Penyebab terbanyak kanker payudara di Indonesia adalah hormonal, yakni estrogen. Penghasil estrogen itu ovarium. Setiap kali menstruasi, estrogen meningkat. Hal itu berperan membuat payudara membesar saat haid, lalu mengecil lagi. Proses yang berulang-ulang itu merangsang terjadinya mutasi," kata Walta.

Risiko kanker payudara juga meningkat pada orang yang keluarga dekatnya terkena kanker. Sekitar 5-10 persen kanker payudara terkait dengan mutasi gen, kebanyakan gen BRCA1 dan BRCA2. Perempuan yang mendapat haid di bawah usia 12 tahun atau menopause di atas usia 55 tahun juga rentan terkena kanker.

Kita perlu menghindari faktor risiko agar tidak terkena kanker. Namun, jika tumor atau kanker menghampiri, tak perlu takut. Ilmu pengetahuan telah cukup maju untuk mengatasinya, apalagi jika diketahui secara dini.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com