Peneliti mengamati 22 pasien diabetes tipe 2 yang terdiri dari 12 pria dan 10 wanita berusia rata-rata 57 tahun dan memiliki kelebihan berat badan. Mereka diminta rutin cek gula darah pada hari di mana mereka sarapan dan tidak sarapan. Hasilnya, jika pasien melewatkan sarapan, gula darah menjadi 40 persen lebih tinggi setelah makan siang dan 25 persen lebih tinggi setelah makan malam dibanding jika sarapan.
Penulis studi Daniela Jakubowicz dari Tel Aviv University mengaku terkejut dengan metabolisme glukosa pasien diabetes hanya karena tidak sarapan. "Ini berarti mengurangi jumlah pati dan gula saat makan siang dan makan malam tidak akan memengaruhi kadar glukosa yang tinggi jika pasien juga melewatkan sarapan," kata Daniela.
Menurut peneliti, melewatkan sarapan membuat pengelolaan glukosa oleh tubuh kurang efisien dan mengurangi kemampuan untuk mengubah gula menjadi energi. Daniela menambahkan, melewatkan sarapan mungkin telah membuat pankreas sulit menghasilkan jumlah insulin yang tepat untuk mengontrol gula darah. Tidak makan pagi, dapat menyebabkan sel-sel beta pankreas menunda pelepasan insulin dan memungkinkan kadar gula darah tetap tinggi dalam waktu yang cukup lama setelah makan siang dan makan malam.
Perlu diteliti lebih lanjut apakah lonjakan gula darah juga akan terjadi pada orang-orang yang tidak diabetes. Sementara itu, menurut peneliti penyakit metabolik dari Institut de Neurosciences des Systèmes di Marseille, Prancis, Tanya Zilberter, kadar gula darah keesokan harinya mungkin dipengaruhi oleh makan malam.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.