Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - 13/09/2015, 16:03 WIB

Semangat serupa juga tumbuh di kalangan kader kesehatan di daerah lain. Selly Margareta (61), misalnya, menjadikan rumahnya di RT 006, Kelurahan Kota Bambu Selatan, Kecamatan Palmerah, Jakarta Barat, sebagai posbindu PTM sejak 2010. Setelah pensiun, mantan pegawai administrasi keuangan sekolah itu terlibat aktif dalam program berbasis kesehatan di lingkungan tempat tinggalnya.

 

Masyarakat di lingkungan tempat tinggalnya pun antusias mengikuti program itu. Setiap kegiatan, 50-60 warga datang memeriksakan kesehatan mereka. Mayoritas pengunjung berusia di atas 40 tahun.

 

Kegiatan posbindu yang dijalankan enam kader itu digelar pada Rabu setiap awal bulan. Pelayanan yang disediakan, antara lain pengukuran tensi, pemeriksaan gula darah, asam urat, dan kolesterol. Pengecekan gula darah dan asam urat dikenai biaya Rp 10.000 per orang, tes kolesterol Rp 15.000, dan pengecekan tekanan darah gratis.

 

Biaya itu ditetapkan para kader karena posbindu itu tak mendapat dana dari pemerintah. "Alat untuk mengecek gula darah, kolesterol, dan asam urat ini saya beli sendiri. Belakangan, kami baru mendapat alat pengukur tensi dari kelurahan," kata Selly yang juga koordinator posyandu di kelurahan itu.

 

Menurut Selly, perawat yang jadi pembina posbindu tak selalu menghadiri kegiatan itu. "Meski tak ada pembina, kami tetap bergerak setiap bulan," ujar ibu dua anak itu.

 

Namun, tak semua kegiatan posbindu berjalan baik. Di Posbindu Museum Tekstil, Jakarta Barat, misalnya, sejak dua bulan terakhir tak lagi ada kegiatan. Ketua Posbindu Museum Tekstil Rosi Mery Situmeang (50) menjelaskan, mereka tak mengadakan posbindu untuk sementara karena ada kesibukan lain.

 

Posbindu di Museum Tekstil aktif sejak Februari lalu. Kader yang bertugas adalah karyawan museum. Setiap bulan, posbindu diadakan pada pekan ketiga di hari kerja. Mereka yang memeriksakan diri adalah pegawai museum dan pengunjung.

 

Terkendala

 

Posbindu PTM adalah bentuk keterlibatan masyarakat dalam deteksi dini dan pemantauan faktor risiko penyakit tak menular, terutama yang rutin dilakukan, terpadu, dan periodik.

 

Direktur Pengendalian Penyakit Tidak Menular Kementerian Kesehatan Lily Sriwahyuni Sulistyowati, akhir Agustus lalu, di Jakarta, mengatakan, posbindu PTM jadi salah satu ujung tombak promosi kesehatan dan surveilans penyakit tak menular. Kegiatannya, antara lain pengukuran tekanan darah, pengecekan gula darah, pengukuran lingkar perut, dan deteksi dini penyakit tak menular.

 

Namun, dari sekitar 10.000 posbindu PTM di Indonesia, hanya sekitar 6.000 unit yang aktif. Itu karena antara lain sebagian besar anggaran kesehatan tersedot untuk kegiatan kuratif. (Kompas, 28/8/2015)

 

Karena itu, ke depan, posbindu PTM akan diintegrasikan dengan tempat kegiatan warga, seperti sekolah, posyandu, dan pos kesehatan desa. Selain itu, perlu lebih banyak kader posbindu PTM yang dilatih. (B06/B12)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com