Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - 08/11/2015, 14:03 WIB
|
EditorBestari Kumala Dewi

JAKARTA, KOMPAS.com — Siapa dari Anda yang pernah memarahi anak dengan cara membentak-bentak atau berteriak? Tahukah bahwa cara itu justru berdampak buruk pada perkembangan otak anak.

Dokter ahli ilmu otak dari Neuroscience Indonesia, Amir Zuhdi, menjelaskan, ketika orangtua membentak, anak akan merasa ketakutan. Ketika muncul rasa takut, produksi hormon kortisol di otak meningkat.

"Otak itu bekerja bukan hanya secara struktural, melainkan ada listriknya, ada hormonalnya. Ketika anak belajar neuronnya menyambung, berdekatan, antar-neuron semakin lama semakin kuat, sistem hormonal juga bekerja," kata Amir saat ditemui seusai Festival Kabupaten/Kota Layak Anak di Gelora Bung Karno, Jakarta, Sabtu (7/11/2015).

Nah, pada anak-anak, tinginya hormon kortisol itu akan memutuskan sambungan neuron atau sel-sel di otak. Selain itu, akan terjadi percepatan kematian neuron atau apoptosis. Lalu, apa akibatnya jika neuron terganggu?

Menurut Amir, banyak hal yang bisa terjadi, seperti proses berpikir anak menjadi terganggu, sulit mengambil keputusan, anak tidak bisa menerima informasi dengan baik, tidak bisa membuat perencanaan, hingga akhirnya tidak memiliki kepercayaan diri.

"Neuron ini kan isinya file-file. Kalau dalam jumlah banyak (kematian neuron), dia jadi lelet," kata Amir.

Amir menjelaskan, bagian otak anak yang pertama kali tumbuh adalah bagian otak yang berkaitan dengan emosi. Dalam bagian itu, paling besar adalah wilayah emosi takut. Itulah mengapa saat anak-anak akan mudah merasa takut.

Semakin sering dibentak dengan keras dan membuat anak takut, semakin tinggi pula kerusakan pada neuron. Menurut Amir, orangtua juga harus bisa mengelola emosi. Ketika anak berbuat salah, katakan salah dengan memberi pengertian tanpa membentak-bentak.

Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Video rekomendasi
Video lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Rekomendasi untuk anda
27th

Tulis komentarmu dengan tagar #JernihBerkomentar dan menangkan e-voucher untuk 90 pemenang!

Syarat & Ketentuan
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE
Laporkan Komentar
Terima kasih. Kami sudah menerima laporan Anda. Kami akan menghapus komentar yang bertentangan dengan Panduan Komunitas dan UU ITE.
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Close Ads
Verifikasi akun KG Media ID
Verifikasi akun KG Media ID

Periksa kembali dan lengkapi data dirimu.

Data dirimu akan digunakan untuk verifikasi akun ketika kamu membutuhkan bantuan atau ketika ditemukan aktivitas tidak biasa pada akunmu.

Lengkapi Profil
Lengkapi Profil

Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.

Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+