Meski efektif, terapi ini juga memiliki kekurangan. Karena sel-sel T dapat memicu efek samping seperti demam dan peradangan.
Sebanyak 20 dari 32 orang pada penelitian, diketahui mendapatkan tanda-tanda peradangan dan tekanan darah rendah dan empat orang membutuhkan perawatan di unit perawatan intensif dan pengobatan dengan steroid.
Dua orang juga mendapatkan efek toksik yang mengakibatkan tremor. Dua orang yang diberikan dosis tertinggi dari terapi sel T meninggal dunia; salah satunya karena perdarahan dan lainnya perdarahan akibat massa usus.
Para ilmuwan berharap, penelitian lanjutan akan membantu mereka mengetahui dosis dan regimen kemoterapi dan sel T yang tepat untuk mencapai hasil terbaik dengan efek samping minimal.
Dr Stanley Riddell, salah satu penulis penelitian dari Fred Hutchinson mengatakan, "Pasien-pasien ini gagal dalam menjalani terapi konvensional. Kami merawat pasien yang tidak memiliki banyak pilihan perawatan.”
“Semua ini masih dini dan kita perlu menindaklanjuti dan memahami dengan lebih dalam perjalanan penyakit pasien untuk mengetahui waktu terbaik penggunaan terapi. Kami percaya ini adalah tantangan," tambahnya.
Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.Tulis komentarmu dengan tagar #JernihBerkomentar dan menangkan e-voucher untuk 90 pemenang!
Syarat & KetentuanSegera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.