KOMPAS.com - Ikan dan produk olahan ikan merupakan salah satu menu yang kerap dihidangkan di meja makan.
Namun, menyantap ikan maupun produk olahannya yang tinggi kandungan histamin, dapat menyebabkan keracunan.
Seperti kasus keracunan ikan tongkol yang terjadi di Jember.
Melansir Kompas.com Jumat (3/1/2020), sebanyak 350 orang keracunan makanan setelah menyantap sajian ikan tongkol di malam pergantian tahun baru 2020.
Korban mengalami gejala keracunan antara lain mual, muntah, pusing, wajah memerah dan bengkak, sampai pingsan.
Baca juga: Korban Keracunan Ikan Tongkol di Jember Bertambah Lagi, Kini Jadi 350 Orang
Plt Kepala Dinas Perikanan Jember, Murtadlo, keracunan ikan tongkol dipicu proses penyimpanan ikan yang tidak benar.
Akibatnya, kandungan histamin pada ikan meningkat.
Ikan tersebut diduga disimpan di atas suhu enam derajat dengan durasi melebihi ambang batas aman.
Padahal, daya tahan ikan tersebut di tempat terbuka hanya empat jam, selang didapat nelayan dari laut.
Baca juga: Ikan Tongkol Sebabkan 250 Warga Keracunan karena Disimpan di Atas Suhu 6 Derajat
Melansir laman resmi American Academy of Allergy Asthma and Immunology, keracunan histamin (scombrotoxin fish poisoning) merupakan salah satu jenis keracunan makanan.
Beberapa jenis ikan secara alami memiliki zat kimia bernama histidin berkadar tinggi.
Di antaranya tongkol, makarel, sarden, tuna, teri, mahi mahi, haring, sampai marlin.
Asam amino esensial di beberapa ikan dapat berubah menjadi histamin saat terkontaminasi bakteri.
Bakteri tersebut bagian dari mikroflora alami kulit, insang, dan usus ikan yang baru ditangkap.
Menurut laman resmi Centre for Food Safety Hong Kong, tingginya kandungan histamin dalam ikan dan produk ikan tergantung jenis ikan, kontrol suhu, dan waktu.