Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Anda Susah Tidur? Segera Atasi Agar Bebas Penyakit Alzheimer

Kompas.com - 11/01/2020, 20:00 WIB
Mahardini Nur Afifah

Penulis

KOMPAS.com - Tidur malam yang cukup dan berkualitas bermanfaat bagi kesehatan fisik dan mental.

Selain bisa menjaga kebugaran, istirahat panjang ini juga dapat mencegah stres dan gangguan kecemasan.

Manfaat tidur lain yang tak boleh disepelekan adalah merawat kesehatan otak.

Manfaat tidur untuk otak

Melansir Wired, studi yang diterbitkan jurnal Science (31/10/2019) menyebut, tidur lelap dapat membersihkan otak dari racun atau residu yang mengganggu kinerjanya.

Hasil riset tim peneliti dari Boston University, AS tersebut menjadi angin segar bagi pengobatan dan pencegahan penyakit alzheimer.

Alzheimer merupakan penyakit yang perlahan dan bertahap merusak fungsi inteligensi dan memori di otak.

Penyakit ini dipicu tumpukan residu di otak, yakni plak beta amiloid dan protein yang menghalangi sinyal saraf di otak.

Perwakilan peneliti riset, Laura Lewis, menjelaskan ketika tidur otak melewati beberapa fase.

Dimulai dari berangkat tidur, nyenyak sampai mirip orang pingsan, sampai level bermimpi yang ditandai pergerakan bola mata yang cepat.

Baca juga: Anda Doyan Tidur? Awas Risiko Stroke Mengintai

Lewis dkk. lantas mengamati perilaku orang yang menjadi objek penelitiannya saat berada di fase tidur nyenyak.

Umumnya fase tidur mendalam ini terjadi pada awal malam, dan kerap dihubungkan dengan proses menyimpan ingatan.

Sementara itu, studi lain pada 2013 lalu menemukan fakta, tidur lelap dapat menyingkirkan racun di otak tikus yang dapat berkontribusi pada penyakit alzheimer.

Lewis bersama timnya lantas meriset bagaimana racun seperti beta amiloid itu dapat dibersihkan otak saat tidur lelap.

Awalnya, ia membuat simpulan awal ada peran cairan serebrospinal atau cairan bening mirip air yang mengalir di sekitar otak.

Namun, ia tidak yakin. Ia lalu mendesain laboratorium berupa tempat tidur khusus orang, yang dilengkapi mesin pemindai otak (MRI) dan alat perekam aktivitas kelistrikan otak (EEG).

Halaman:

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau