Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - 09/02/2020, 18:01 WIB
Irawan Sapto Adhi

Penulis

Sumber

KOMPAS.com - Lupus adalah penyakit autoimun akibat tubuh memproduksi antibodi berlebihan yang menyerang jaringan tubuh di berbagai organ. 

Kerusakan organ tersebut biasanya akan menyebabkan berbagai keluhan dan gejala.

Pada umumnya, sistem imun atau kekebalan tubuh pada manusia berfungsi menjaga tubuh dari infeksi yang menyerang.

Baca juga: 7 Penyakit Ini Bisa Sebabkan Anak Muda Mati Mendadak

Tetapi pada kondisi tertentu, sistem imun bisa jadi menyerang sel-sel dalam tubuh sendiri sehingga timbul berbagai gejala penyakit yang disebut penyakit autoimun.

Salah satu penyakit autoimun yang sering dijumpai tidak lain adalah lupus eritematosus sistemik atau lebih dikenal dengan sebutan "lupus".

Penyebab lupus

dr. Gartika Sapartini, Sp.A (K), dalam tulisannya yang dimuat di laman Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI), menerangkan penyakit lupus lebih banyak mengenai anak perempuan dan angka kejadiannya bisa meningkat seiring dengan bertambahnya usia.

Pada anak, sebagian besar penderita lupus berusia 9-15 tahun atau saat memasuki masa pubertas.

Menurut dia, sejumlah penelitian selama ini menunjukkan bahkan penyakit lupus bisa terjadi karena beberapa faktor, di antaranya:

  • Genetik
  • Hormon
  • Lingkungan, seperti paparan sinar matahari dan obat-obatan

Gejala awal lupus

Dokter Spesialis Anak Konsultan di RSUP Dr. Hasan Sadikin Bandung tersebut menjelaskan, penyakit lupus sulit untuk dikenali karena gejalanya yang beragam.

Setiap anak dapat memiliki gejala yang berbeda dengan anak lainnya.

Berikut ini beberapa gejala awal yang munkin terjadi:

1. Demam lama tanpa penyebab yang jelas

Gartika mengngkapkan seringkali pasien lupus datang ke rumah sakit dengan keluhan demam ringan yang hilang timbul dan telah berlangsung lama.

Lama yang dimaksud di sini, yakni hingga berminggu-minggu atau berbulan-bulan tanpa diketahui penyebabnya.

2. Tampak pucat dan memiliki riwayat transfusi darah berulang

Bila anak tampak pucat, mudah lelah, lesu, dan ada riwayat transfusi darah berulang, para orangtua harus awas. Pasalnya, kondisi itu bisa jadi adalah gejala penyakit lupus.

Baca juga: Hati-hati Orangtua, Marah pada Anak Sebabkan 11 Dampak Fatal

Anak dengan anemia hemolitik autoimun pada perjalanan penyakitnya, banyak yang menjadi lupus.

3. Mudah letih

Anak yang biasanya aktif kemudian menjadi tidak aktif atau malas beraktivitas bisa jadi gejala penyakit lupus.

4. Ruam pada kulit

Ruam dapat muncul di wajah berbentuk seperti sayap kupu-kupu atau yang disebut dengan butterfly rash (bercak malar).

Ruam yang menjadi gejala penyakit lupus juga dapat berbentuk bulat-bulat dan muncul di bagian tubuh lain, seperti leher, batang tubuh, lengan dan tungkai.

Ruam jenis itu disebut bercak diskoid.

5. Nyeri dan bengkak pada sendi

Para orangtua harus mewaspadai jika anak sering mengeluh nyeri dan bengkak pada persendian, umumnya di sendi-sendi besar seperti siku dan lutut.

6. Bengkak pada kelopak mata dan tungkai bawah

Salah satu gejala lain pada penyakit lupus yang dapat timbul adalah bengkak pada kelopak mata dan tungkai bawah.

Gejala bisa disertai juga dengan buang air kecil yang lebih sedikit dari biasanya. Apabila ditemukan keluhan seperti itu, para orangtua bisa mewaspadai adanya kelainan ginjal akibat lupus.

7. Rambut rontok

Apabila rambut anak rontok lebih dari 100 helai per hari, para orangtua patut mewaspadai kemungkinan adanya penyakit lupus.

8. Kulit sensitif terhadap sinar matahari

Kulit penderita lupus mudah mengalami bercak kemerahan yang menetap jika terkena sinar matahari.

9. Sesak napas dan nyeri dada

Penyakit lupus dapat menyerang organ paru-paru dan jantung sehingga anak mungkin mengeluhkan adanya nyeri di daerah dada dan sesak napas.

Cara menangani lupus 

Gartika menganjurkan para orangtua untuk segera memeriksakan anak ke dokter spesialis anak jika mendapati gejala lupus pada anak.

Dokter biasanya akan menganjurkan pemeriksaan penunjang seperti pemeriksaan darah, urin, foto rontgen dada, dan pemeriksaan jantung untuk menegakkan diagnosis.

Dia mejelaskan penyakit lupus merupakan penyakit kronis yang hanya dapat dikontrol agar gejalanya tidak kambuh.

Kondisi anak dapat membaik (remisi) maupun memburuk (kambuh) ketika terpapar faktor risiko. 

Dibutuhkan kerjasama antara orangtua dan dokter spesialis anak untuk dapat menjaga kondisi anak tetap optimal sehingga penyakit dapat terkontrol.

Cara mengobati lupus

Dalam tahap pengobatan lupus, Gartika menerangkan, dokter pada umumnya akan memberikan obat untuk mengendalikan peradangan yang timbul untuk mencegah dan meredakan kerusakan organ.

Baca juga: Jangan Asal Pilih Sunscreen, Ini Rekomendasi Dokter Spesialis Kulit

Sementara pasien harus:

  • Minum obat dan kontrol secara rutin ke dokter sampai penyakitnya dinyatakan remisi (dalam kondisi perbaikan). Minum obat ini dapat berlangsung cukup lama, sampai bertahun-tahun tergantung derajat keparahan penyakit lupus
  • Anak dengan lupus harus menghindari paparan sinar matahari langsung (memakai tabir surya, payung, baju lengan panjang)
  • Mengendalikan stres psikis
  • Membatasi konsumsi makanan berkadar garam tinggi
  • Minum suplemen kalsium dan vitamin D3 untuk mencegah osteoporosis akibat efek samping obat

 

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau