KOMPAS.com - Dampak stres terkadang tidak hanya memengaruhi kesehatan mental, tapi juga menimbulkan penyakit yang merusak kesehatan fisik.
Seperti diketahui, hidup memang tak pernah luput dari tuntutan dan segala problematikanya. Tak jarang, hal tersebut sering kali menimbulkan tekanan berlebihan pada pikiran.
Sayangnya, banyak orang mencoba terlihat bahagia dan mengabaikan rasa stres yang dialaminya.
Padahal, apabila sering diabaikan, ketegangan yang menumpuk ini berpotensi menyebabkan stres kronis yang dapat mengganggu bagian-bagian tubuh dan kesehatan kita. Kenali beragam penyakit akibat stres yang pantang disepelekan berikut ini.
Baca juga: Kenali Perbedaan Stres dan Depresi yang Kerap Dianggap Sama
Melansir laman Mountelizabeth, berikut lima jenis penyakit yang disebabkan oleh stres:
Stres bisa menyebabkan ketegangan pada otot-otot di kepala, leher, dan bahu. Hal ini menyebabkan sakit kepala dan migrain.
Beberapa penelitian menunjukkan, dampak stres ekstrem dapat memicu diabetes. Ketika Anda merasa stres, tubuh Anda ingin memastikan bahwa Anda memiliki energi yang cukup untuk mengatasi penyebab stres.
Akibatnya, tubuh melepaskan banyak glukosa. Stres juga menyebabkan kenaikan hormon kortisol dan penurunan kadar insulin. Saat kondisi ini terjadi, kandungan glukosa dalam darah meningkat yang bisa berpotensi pada diabetes.
Baca juga: Stres Bisa Memicu Obesitas, Kok Bisa?
Berada dalam situasi menegangkan membuat detak jantung meningkat, napas bergerak lebih cepat, otot-otot menegang, dan tangan berkeringan.
Itu semua adalah respons tubuh terhadap stres akibat pelepasan hormon kortisol dan adrenalin yang dikenal dengan hormon stres.
Riset membuktikan, produksi hormon stres yang berlebihan dapat menyebabkan peradangan otot jantung yang meningkatkan risiko serangan jantung.
Selain itu, stres juga dapat membuat tekanan darah meningkat serta membuat kita terjebak dalam gaya hidup tak sehat, seperti makan berlebihan, merokok, dan malas berolahraga. Semua hal tersebut merupakan faktor pemicu penyakit jantung.
Sindrom iritasi usus besar adalah gangguan kronis umum yang memengaruhi usus besar, menyebabkan kram, nyeri, kembung, dan diare atau sembelit.
Kondisi tersebut sebagian besar disebabkan oleh stres. Riset juga membuktikan bahwa 60 persen penderita sindrom iritasi usus besar disebabkan oleh kecemasan, depresi, dan gangguan mood.
Hal ini terjadi akrena stres menyebabkan peningkatan gerakan dan sensitivitas di usus. Selain itu, stres juga dapat mengubah mikrobioma usus dan memengaruhi sistem kekebalan tubuh, yang keduanya penting untuk fungsi usus yang baik.
Baca juga: 4 Efek Positif Melamun, Termasuk Mengurangi Stres
Stres dapat membuat seseorang menjadi linglung dan lupa ingatan. Hal ini karena stres dan rasa cemas dapat mengganggu konsentrasi dan kemampuan seseorang dalam mengingat suatu informasi yang merupakan salah satu gejala alzheimer.
Selain itu, stres juga bisa menyebabkan depresi yang meningkatkan risiko penyakit alzheimer di kemudian hari.
Ada banyak cara menghilangkan stres yang bisa dilakukan. Tapi, langkah yang paling tepat adalah menyelesaikan akar masalah sumber stres.
Anda juga bisa dapat menerapkan beberapa langkah berikut sebagai cara untuk mengatasi stres:
Jika beragam cara menghilangkan stres di atas sudah dicoba tapi Anda merasa masalah pikiran ini terasa mengganggu aktivitas sehari-hari, cobalah untuk meminta petunjuk dokter atau psikolog untuk mengatasi persoalan ini.
Mengingat ada banyak penyakit akibat stres yang pantang disepelekan, ada baiknya Anda mengelola ketegangan ini agar tidak berdampak buruk pada kesehatan.
Baca juga: Kaitan antara Stres dan Uban di Usia Muda menurut Studi
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.