Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Punya Banyak Kesamaan, Apa Beda Psikopat dan Sosiopat?

Kompas.com - 11/03/2020, 20:00 WIB
Ariska Puspita Anggraini

Penulis

KOMPAS.com - Istilah psikopat dan sosiopat seringkali membingungkan masyarakat. Keduanya menggambarkan gangguan mental dengan ciri-ciri yang sama.

Penderita psikopat dan sosiopat sama-sama tidak bisa memahami tau berbagi perasaan dengan orang lain. Mereka juga cenderung tidak bisa membedakan mana yang benar dan salah.

Dua jenis gangguan mental tersebut memang sangat mirip. Bahkan, banyak psikiater, psikolog forensik, kriminolog, dan polisi salah menggunakan istilah sosiopat dan psikopat secara bergantian.

Baca juga: Bisakah Anak-anak Menjadi Psikopat?

Melansir laman Psychology Today, psikopat dan sosiopat dikategorikan sebagai gangguan Gangguan kepribadian antisosial.

Gangguan ini memiliki karakteristik umum yang seringkali membingungkan. Ciri-ciri utama yang dimiliki oleh sosiopat dan psikopat antara lain:

  • Mengabaikan hukum dan adat istiadat sosial
  • Mengabaikan hak orang lain
  • Kegagalan untuk merasa menyesal atau bersalah
  • Kecenderungan untuk menampilkan perilaku kekerasan atau agresif.

Namun, psikopat dan sosiopat sebenarnya memiliki perbedaan yang sangat signifikan.

Psikopat

Pada penderita psikopat, mereka yang terdiagnosis psikopat biasanya cenderung agresif dan mudah melakukan kejahatan bahkan tindakan kriminal.

Mereka juga cenderung memandang orang lain sebagai objek untuk hiburan mereka. Meskipun mereka tidak memiliki empati, para psikopat seringkali memiliki kepribadian yang menarik atau bahkan memesona.

Para psikopat juga memiliki sifat manipulatif dan dapat dengan mudah mendapatkan kepercayaan orang lain.

Mereka bisa dengan mudah memanipulasi emosi, meskipun tidak mampu merasakannya dan bisa terlihat normal bagi orang yang tidak menaruh curiga.

Para psikopat seringkali berpendidikan baik dan memiliki pekerjaan tetap. Beberapa psikopat juga sangat pandai dalam manipulasi dan menyamar sehingga mereka bisa memiliki keluarga dan hubungan jangka panjang tanpa membuat curiga orang-orang di sekitarnya.

Ketika melakukan kejahatan, psikopat dengan hati-hati merencanakan setiap detail kejahatan yang akan dilakukannya terlebih dahulu. Mereka juga bisa nampak tenang dalam situasi yang genting.

Melansir laman Web MD, struktur otak pada penderita psikopat juga berbeda dari orang lain. Psikopat juga disebabkan adanya kelainan pada otak yang membuat mereks sulit mengidentifikasi emosi.

Misalnya, ketika kebanyakan orang melihat darah atau kekerasan dalam sebuah film, jantung mereka berdetak lebih cepat, napas mereka lebih cepat, dan telapak tangan mereka berkeringat.

Seorang psikopat memiliki reaksi sebaliknya. Dia menjadi lebih tenang. Hal inilah yang membuat seorang psikopat bisa melakukan tindakan impulsif tanpa takut pada risikonya.

Baca juga: 3 Teori untuk Mengungkap Dampak Buruk Film Kekerasan pada Anak-Anak

Sosiopat

Berbeda dengan psikopat, seorang sosiopat masih bisa merasakan kegelisahan. Mereka juga rentan mengalami ledakan emosi.

Seorang sociopat biasanya tidak memiliki pendidikan yang tinggi dan hidup di pinggitan masyarakat. Mereka juga terkadang tidak memiliki pekerjaan atau tempat tinggal yang tetap.

Psikopat biasanya terjadi akrena faktor genetika atau kelainan di otak, terutama di bagian otak yang bertanggung jawab atas kontrol impuls dan emosi. Namun, sosiopat bisa terjadi karena faktor lingkungan, terutama pola asuh.

Orang yang mengalami sosiopat biasanya disebabkan oleh trauma masa kanak-kanak dan pelecehan fisik atau emosional.

Oleh karena itu, seorang sosiopat masih bisa berempati dalam keadaan tertentu, dan dengan individu tertentu.

Tidak selalu menjadi kriminal

Dalam film dan acara televisi, psikopat dan sosiopat selalu digambarkan sebagai kriminal keji atau pembunuh berdarah dingin.

Faktanya, beberapa orang dengan gangguan kepribadian antisosial ini tidak selalu melakukan tindakan kriminal.

Sebaliknya, mereka melakukan tindakan manipulatif dan perilaku sembrono untuk mendapatkan apa yang mereka inginkan.

Penderita sosiopat lebih banyak daripada psikopat. Selain itu, psikopat juga dianggap para ahli sebagai gangguan kepribadian antisosial yang aling berbahaya.

Bahkan, para ahli memperkirakan hampir 50 persen dari semua pembunuh berantai adalah psikopat.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com