Mungkin saja saat dibentak atau dimarahai, anak terlihat diam atau mendengarkan. Tapi, sesungguhnya yang terjadi adalah kata-kata dari orangtua hanya dianggap angin lalu.
3. Tertutup
Orangtua yang suka membentak tentu akan menakutkan bagi anak.
Anak-anak yang ketakutan tersebut sangat mungkin tumbuh menjadi pribadi yang tertutup.
Mereka akhirnya tidak mau lagi berbagi cerita dnegan orangtuanya.
Kondisi ini jelas berbahaya bagi jiwa anak-anak karena mereka bisa sangat tertekan ketika harus menghadapi masalah dan hanya disimpan sendiri.
Baca juga: Mitos atau Fakta, Sering Marah Bikin Darah Tinggi?
4. Pemberontak atau penentang
Anak-anak juga berpotensi tumbuh menjadi pemberontak atau penentang jika sering dibentak orangtua.
Dalam hal ini, sikap menentang anak dapat digolongkan menjadi 3 tipe, yakni:
5. Pemarah
Anak cenderung akan meniru sikap orangtuanya. Jadi, apabila orangtua sering membentak karena sebab-sebab yang sepele, anak-ana pun dapat berbuat hal serupa.
Parahnya, mereka akan berpikir, sah-sah saja apabila harus membentak teman maupun saudaranya karena orangtuanya pun berbuat hal yang sama.
Baca juga: 7 Cara Mengontrol Hipertensi, Selain dengan Obat
Dalam Buku Ajar Konsep Darar Keperawatan Anak (2004) bikinan Yupi Supartini, S.Kp, MSc, dijelaskan bahwa anak belajar dari orangtua untuk dapat memenuhi kebutuhan dasarnya sendiri.
Dengan demikian, apabila orangtua memberi contoh perilaku emosional, seperti membentak saat anak rewel, marah saat jengkel, dan memukul, anak-anak akhirnya belajar menirukan perilaku orangtua tersebut.
Anak-anak jelas belajar mengekspresikan perasaan dan emosinya dengan meniru perilaku orangtuanya.
Oleh karena itu, orangtua harus berhati-hati dalam bersikap karena apabila masih suka membentak, anak akan belajar untuk berbicara kasar pada orang lain.
Jika orangtua suka memukul saat marah dan jengkel, anak-anak pun akan belajar bersikap kasar pada orang lain.
Orangtua adalah model peran bagi anak.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.