Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Waspada, Mendengkur Bisa Jadi Tanda Sumbatan Jalan Napas

Kompas.com - 27/09/2020, 21:03 WIB
Irawan Sapto Adhi

Penulis

KOMPAS.com – Pernahkah Anda merasa terganggu saat pasangan atau anggota keluarga tidur mendengkur?

Jika pernah, Anda lebih baik jangan langsung membangunkannya ketika mendapati kondisi yang sama di kemudian hari.

Anda melainkan disarankan untuk mengamati dulu kondisi atau proses mendengkurnya.

Baca juga: Benarkah Mendengkur Bisa Jadi Gejala Penyakit Jantung?

Pasalnya, pasangan atau anggota keluarga Anda yang tidur ngorok itu bisa jadi tengah mengidap sleep apnea atau gangguan pernapasaan saat tidur.

Melansir Mayo Clinic, sleep apnea adalah gangguan bernapasan pada saat tidur yang salah satunya ditandai dengan mendengkur keras diikuti dengan berhentinya jalan napas (apnea) kurang lebih selama 10 detik.

Kondisi ini pun dapat mengakibatkan penurunan kadar oksigen di tubuh sebanyak 4-5 persen.

Saat penurunan kadar oksigen, otak akan memerintahkan tubuh untuk bernapas kembali (arousal).

Adanya perintah mendadak untuk bernapas dari otak itu membuat tubuh menunjukkan gejala, seperti tersedak, batuk, atau selayaknya orang mengambil napas setelah tenggelam.

Jadi, apabila Anda menemukan orang lain atau Anda sendiri merasa sering mengalami tidur mendengkur yang terdapat arousal atau terbangun tiba-tiba disertai dengan tersedak, batuk-batuk, maupun terengah-engah, akan lebih baik jika segera berkonsultasi dengan dokter.

Untuk memastikan penyebab mendengkur, dokter dapat melakukan beberapa langkah diagnosis, termasuk dengan menggunakan alat rontgen, CT scan, atau MRI saluran pernapasan.

Selain itu, dokter mungkin akan melakukan sleep study untuk memastikan kondisi yang terjadi.

Baca juga: Gejala Sleep Apnea yang Sering Diabaikan

Bahaya sleep apnea

Merangkum WebMD, sleep apnea termasuk kondisi medis yang perlu diwaspadai karena dapat meningkatkan risiko kematian dini.

Selain itu, sleep apnea dapat meningkatkan kemungkinan terjadinya serangan jantung mendadak atau stroke.

Kurangnya aliran udara yang menurunkan kadar oksigen yang diterima tubuh saat terjadinya sleep apnea bisa berdampak buruk secara jangka panjang untuk kesehatan.

Berikut ini adalah beberapa implikasi kesehatan jangka panjang akibat sleep apnea yang kemungkinan diakibatkan oleh kelebihan lemak di sekitar leher tersebut:

  • Tekanan darah tinggi atau hipertensi
  • Penyakit jantung atau aritmia (gangguan yang terjadi pada irama jantung)
  • Stroke
  • Diabetes mellitus
  • Kerusakan saraf kognitif (kehilangan memori)
  • Pada anak-anak, bisa menurunkan prestasi di sekolah
  • Demensia dini
  • Depresi
  • Kecelakaan lalu lintas saat berkendara

Baca juga: Jangan Keliru, Ini Durasi Tidur Siang yang Paling Baik untuk Kesehatan

Apabila Anda atau pasangan ternyata terdiagnosa menderita sleep apnea derajat berat, dokter biasanya akan meminta Anda atau pasangan Anda menggunakan continue positive airway pressure (CPAP) ketika tidur.

Mesin ini diperlukan untuk mendorong udara dengan tekanan positif melewati sumbatan jalan napas.

Beberapa alat yang dipasang di rongga mulut untuk membuka aliran udara ketika tidur juga bisa digunakan untuk kondisi sleep apnea derajat ringan.

Sedangkan, salah satu modalitas terapi obstruktif sleep apnea adalah dengan operasi.

Teknik operasi yang perlu dilakukan adalah melebarkan, membuang, dan membuat jaringan yang kolaps atau lemah menjadi lebih kaku, sehingga jalan napas menjadi lebih lebar.

 

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com