Misalnya, stres dapat memicu reaksi "fight or flight" di sistem saraf pusat.
Hal ini membuat hormon dan neurotransmiter meningkat dan sistem saraf enterik merespons dengan memperlambat atau menghentikan pencernaan untuk menyimpan energi untuk menangkal bahaya.
Padahal, pencernaan yang lambat dapat menyebabkan sakit perut atau masalah pencernaan lainnya.
Di sisi lain, Scheman menambahkan, motilitas atau gerakan usus yang lebih cepat dapat menyebabkan masalah seperti diare.
Baca juga: 4 Jenis Makanan yang Harus Dihindari Penderita Depresi
Karena otak dan pencernaan saling terkait, yang perlu kita lakukan adalah mengatasi IBS dan mengontrol emosi kita.
Agar emosi stabil, kita bisa melakukan hal berikut:
1. Terapi relaksasi
Relaksasi otot progresif dan pencitraan terpandu dapat membantu mengurangi reaksi tubuh Anda terhadap stres.
Cara ini dapat membantu menenangkan tubuh dan pikiran serta membantu kita tidur lebih nyenyak, yang juga mendorong penyembuhan.
Relaksasi juga memicu otak untuk memproduksi endorfin atau hormin penghilang rasa sakit alami tubuh.
2. Terapi kognitif
Terapi ini dilakukan dengan mengubah cara berpikir dan berperilaku agar respom tubuh terhadap stres menjadi lebih baik.
Lewat terapi ini, kita akan mempelajari cara meningkatkan respons tubuh terhadap stres serta fokus pada emosi positif.
3. Biofeedback
Teknik perilaku memungkinkan kita untuk mengontrol fungsi tubuh, seperti suhu tangan, pernapasan, atau detak jantung.
Misalnya, kita dapat memperlambat detak jantung atau mengendurkan pernapasan saat stres.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.