Scheman menambahkan, beberapa neurotransmiter yang bertanggung jawab atas emosi kita, seperti serotonin, juga diproduksi di usus.
Hal ini juga menjadi faktor emosi manusia berkaitan dengan kondisi pencernaan.
Stres juga dapat melepaskan agen pro-inflamasi, yang dapat meningkatkan peradangan di usus dan bagian tubuh lainnya.
Kondisi ini dapat memengaruhi sistem kekebalan, serta kemampuan usus untuk berfungsi dengan baik.
Bahkan, peradangan tersebut juga dapat memperlambat atau mempercepat motilitas usus, pergerakan otot-otot di saluran pencernaan.
Misalnya, stres dapat memicu reaksi "fight or flight" di sistem saraf pusat.
Hal ini membuat hormon dan neurotransmiter meningkat dan sistem saraf enterik merespons dengan memperlambat atau menghentikan pencernaan untuk menyimpan energi untuk menangkal bahaya.
Padahal, pencernaan yang lambat dapat menyebabkan sakit perut atau masalah pencernaan lainnya.
Di sisi lain, Scheman menambahkan, motilitas atau gerakan usus yang lebih cepat dapat menyebabkan masalah seperti diare.
Baca juga: 4 Jenis Makanan yang Harus Dihindari Penderita Depresi
Karena otak dan pencernaan saling terkait, yang perlu kita lakukan adalah mengatasi IBS dan mengontrol emosi kita.
Tulis komentarmu dengan tagar #JernihBerkomentar dan menangkan e-voucher untuk 90 pemenang!
Syarat & KetentuanSegera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.