Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - 26/11/2020, 16:05 WIB
Ariska Puspita Anggraini

Penulis

KOMPAS.com - Kanker bisa saja terjadi akibat faktor genetika dan lingkungan. Tentunya, faktor tersebut tak bisa kita kendalikan.

Akan tetapi, riset menunjukan 70 persen risiko kanker juga terjadi karena pola makan, faktor risiko yang bisa kita kontrol.

Itu sebabnya, menerapkan pola makan yang sehat juga mejadi langkah penting untuk mencegah risiko kanker.

Beberapa jenis makanan memang mengandung zat karsinogenik atau pemcu kanker.

Baca juga: 5 Makanan Cegah Risiko Kanker Prostat, Pria Wajib Tahu

Zat tersebut bisa terbentuk selama proses pengolahan atau memasak. Untuk menghindai paparan zat karsinogenik, berikut teknik mengolah makanan yang bisa kita lakukan:

1. Hindari memasak dengan api besar

Menggoreng atau menumis dengan api kecil (kurang dari 115 derajat celcius) mencegah minyak atau lemak berubah menjadi karsinogenik.

Daripada mengolah masakan dengan cara digoreng atau tumis, sebaiknya kita pilih cara yang lebih sehat, seperti memanggang, merebus, atau mengukus.

2. Hindari memanggang terlalu lama

Daging yang dibakar atau dipanggang terlalu lama bisa menciptakan zat karsinogenik.

Jika ingin mengolah makanan dengan cara dipangnag, hindari memasaknya terlalu lama dan pastikan menggunakan suhu yang tidak terlalu panas.

3.Hindari makanan yang terlihat berjamur atau bau

Makanan yang terliat berjamur atau mengeluarkan aroma yang berbeda kemungkinan besar mengandung aflatoksin.

Aflatoksin merupakan karsinogen kuat yang sering ditemukan pada kacang berjamur.

4. Hati-hati saat memasak dengan microwave

Gunakan kertas lilin daripada pembungkus plastik untuk menutupi makanan saat memasak atau menghangatkannya di microwave.

Biasanya, plastik yang terkena paparan panas bisa mengelaurkan zat karsinogenik.

Baca juga: Waspadai, Gangguan Tiroid Juga Picu Kenaikan Kolesterol

5. Hindari menggoreng dengan minyak jelantah

Minyak jelantah juga mengandung bahan kimia yang bersifat karsinogenik. Zat tersebut biasanya terbentuk selama proses penggorengan. 

Itu sebabnya, pemakaian minyak goreng hanya diperbolehkan selama dua hingga empat kali pemakaian.

Selain itu, penggunaan minyak jelantah berulang juga akan membentuk akrolein, yaitu
suatu senyawa yang menimbulkan rasa gatal pada tenggorokan dan menimbulkan
batuk.

 

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau