Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Sering Dipakai untuk Memasak, Ini Bahaya Minyak Sayur

Kompas.com - 27/11/2020, 08:04 WIB
Ariska Puspita Anggraini

Penulis

KOMPAS.com - Minyak sayur menjadi pilihan banyak orang ketika menggoreng makanan.

Bahkan, minyak sayur juga kerap dijadikan sebagai salah satu komposisi untuk membuat saus, margarin, atau mayonaise.

Sayangnya, banyak ahli kesehatan menyarankan kita untuk mengganti penggunaan minyak sayur dengan pilihan lain.

Pasalnya, minyak sayur kaya lemak tak jenuh ganda yang bisa memicu berbagai penyakit.

Baca juga: 5 Cara Atasi Sakit Kepala Tegang (Tension Headche)

Lemak tak jenuh ganda termasuk lemak buruk yang bisa menyebabkan percepatan pertumbuhan sel kanker, pembekuan darah, dan peningkatan peradangan dalam tubuh.

Riset menunjukan, minyak sayur dapat mengubah kolesterol baik (HDL) menjadi kolesterol jahat (LDL).

Akibatnya, kita berisiko tinggi mengalami penyakit penyakit jantung, penyakit autoimun, penyakit neurodegeneratif, dan bahkan kanker.

Dalam penelitiannya, ahli nutrisi Dr. Joseph Hibbeln dari National Institutes of Health juga mengatakan minyak sayur kaya akan lemak omega 6 dan rendah omega 3.

Padahal, konsumsi lemak omega 6 yang berlebihan dan lemak omega 3 yang kurang bisa memicu berbagai penyakit berikut:

  • penyakit jantung
  • diabetes tipe 2
  • kegemukan
  • sindrom metabolik atau pra-diabetes
  • sindrom iritasi usus
  • sindrom radang usus
  • degenerasi makula (kerusakan mata dan kebutaan)
  • artritis reumatoid
  • asma
  • kanker
  • gangguan kejiwaan
  • penyakit autoimun.

Selain itu, minyak sayur yang digunakan untuk memasak seringkali telah terhidrogenasi karena harganya murah dan umur simpan yang lebih lama.

Minyak yang telah mengalami proses hidrogenasi biasanya bisa memicu masalah kesehatan berikut:

1. Mengganggu keseimbangan kadar gula

Beberapa penelitian menunjukkan minyak sayur terhidrogenasi bisa mengganggu keseimbangan kontrol gula darah.

Pasalnya, minyak yang mengalami proses hidrogenasi juga mengandung lemak trans.

Riset yang meneliti hampir 85.000 wanita menemukan konsumsi lemak trans berlebihan berisiko besar mengalami diabetes tipe 2.

Konsumsi lemak trans berlebihan juga bisa meningkatkan risiko resistensi insulin. Padahal, hormon insulin sangat penting dalam menjaga keseimbangan kadar gula darah.

Baca juga: Cegah Covid-19, Perlukah Pakai Masker saat Berada di Rumah?

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Close Ads
Selamat, Kamu Pembaca Terpilih!
Nikmati gratis akses Kompas.com+ selama 3 hari.

Mengapa bergabung dengan membership Kompas.com+?

  • Baca semua berita tanpa iklan
  • Baca artikel tanpa pindah halaman
  • Akses lebih cepat
  • Akses membership dari berbagai platform
Pilihan Tepat!
Kami siap antarkan berita premium, teraktual tanpa iklan.
Masuk untuk aktivasi
atau
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau