Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - 25/12/2020, 08:04 WIB
Irawan Sapto Adhi

Penulis

Backup paling bagus adalah dari pemerintah, apakah itu dari Dinas Kesehatan setempat atau langsung dari BKKBN,” kata dia.

Selain itu, backup juga perlu atau penting diberikan oleh sejumlah lembaga yang sangat kredibel, seperti dari Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI), Ikatan Dokter Indonesia (IDI), Perkumpulan Keluarga Berencana Indonesia (PKBI), hingga Himpunan Psikologi Indonesia (HIMPSI).

Sementara itu, Kak Seto tetap meminta kepada para orangtua untuk dapat memberikan pendidikan seks kepada anak dengan baik.

Para orangtua sebaiknya menjadi orang pertama bagi anak sebagai sumber informasi soal pendidikan seks yang tepat.

Lagi pula, menurut dia, pendidikan seks akan lebih baik jika tidak dilakukan terlalu massal. Pasalnya, tingkat interpretasi setiap anak bisa berbeda-beda, sehingga orangtua sangat berperan dalam memberikan pendidikan seks kepada anak.

Kak Seto menjelaskan, pendidikan seks usia dini dapat dimulai sejak anak berusia 2,5-3 tahun.

Pada usia tersebut, anak-anak biasanya mulai memegang organ intimnya atau sudah mulai penasaran dengan kondisi tubuhnya.

Dia memandang, hal pertama yang perlu ditanamkan dalam pendidikan seks kepada anak adalah adanya identitas seks yang jelas sebagai laki-laki seperti ayah atau perempuan seperti ibu.

Langkah pertama yang bisa dilakukan, yakni menjelaskan secara detail kepada anak, jenis kelamin serta nama organ intimnya dengan sebutan yang benar.

Orangtua tak perlu sungkan penyebut penis atau vagina karena memang begitu seharusnya.

Video rekomendasi
Video lainnya

Rekomendasi untuk anda
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Close Ads
Lengkapi Profil
Lengkapi Profil

Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.

Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com