Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

3 Kesalahpahaman Tentang Obesitas yang Tak Perlu Lagi Dipercaya

Kompas.com - 11/01/2021, 08:00 WIB
Resa Eka Ayu Sartika

Penulis

KOMPAS.com – Obesitas menjadi salah satu hal yang sering ditakuti banyak orang. Selain membuat bentuk tubuh menjadi besar dan terlihat tidak ideal, obesitas juga sering disertai dengan berbagai konsekuensi medis.

Itulah mengapa banyak orang begitu takut ketika berbicara mengenai obesitas. Tak jarang, ketakutan ini menimbulkan berbagai kesalahpaham mengenai kondisi tersebut.

Kesalahpahaman ini menimbulkan banyak stigma sosial bagi orang-orang dengan obesitas.

Baca juga: 6 Penyebab Obesitas yang Perlu Diwaspadai

Walaupun masih banyak hal yang belum diketahui mengenai obesitas, ada beberapa kesalahpahaman yang memperburuk masalah-masalah terkait obesitas.

Sebuah penelitian, yang dipublikasikan di Wiley Online Library, menyatakan adanya "hubungan yang lebih kuat antara stigma berat badan dan penurunan kesehatan mental dengan peningkatan indeks massa tubuh."

Berikut ini adalah salah paham yang memperburuk masalah terkait obesitas:

1. Obesitas disebabkan oleh gaya hidup yang buruk

Sebagian besar program menurunkan berat badan menyalahkan pemilihan diet yang salah dan juga kurang olahraga.

Cukup mudah menemukan pernyataan orang dengan obesitas adalah orang malas atau orang kurang motivasi.

Faktanya, obesitas sering bersifat multifaktor atau disebabkan oleh lebih dari satu faktor. Program diet dan kurang olahraga memang berperan meningkatkan berat badan tapi bukan berarti itulah faktor satu-satunya.

Kenyataannya, ada orang-orang yang tidak melakukan olahraga atau aktivitas fisik tapi memiliki berat badan sehat.

2. Menurunkan berat badan adalah satu-satunya solusi obesitas

Menurunkan berat badan melibatkan berbagai varian sistem tubuh manusia yang menyimpan energi.

Baca juga: Obesitas Tingkatkan Risiko Covid-19, Begini Baiknya

Tindakan tersebut memang memiliki efek positif, seperti penurunan risiko penyakit jantung. Akan tetapi, program diet ekstrem juga menyebabkan gangguan sistem energi tubuh.

Menurunkan berat badan secara ekstrem dapat menyebabkan masalah kesehatan. Terutama bagi Anda yang berat badannya menurun drastis dalam waktu cepat.

Adanya gangguan tidur, batu empedu, dan komplikasi lain saat menjalankan program diet merupakan sinyal bahwa diet berjalan tidak baik.

Oleh sebab itu, langkah terbaik sebelum menjalankan program diet adalah berkonsultasi dengan dokter atau ahli diet.

3. Menurunkan berat badan hanya soal kalori masuk dan keluar

Saat menjalankan program diet, sangat umum mendengar istilah kalori keluar VS kalori masuk. Istilah ini bertendensi menyederhanakan masalah obesitas.

Kalori memang memiliki peran signifikan bagi obesitas. Ada beberapa kandungan makanan lain, di luar protein, yang menyebabkan perubahan hormon dan meningkatkan berat badan.

Sebuah penelitian yang dipublikasikan di BioMed Central menyatakan bahwa makan sedikit karbohidrat sambil menambah jumlah lemak dan protein yang dikonsumsi memiliki efek signifikan bagi berkurangnya berat badan daripada mengurangi asupan kalori.

Salah paham soal kalori ini juga membuat banyak orang hanya fokus pada asupan kalori dan tidak memikirkan asupan nutrisi yang lain.

Baca juga: 3 Cara Mengukur Obesitas, Mana yang Terbaik?

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Close Ads
Selamat, Kamu Pembaca Terpilih!
Nikmati gratis akses Kompas.com+ selama 3 hari.

Mengapa bergabung dengan membership Kompas.com+?

  • Baca semua berita tanpa iklan
  • Baca artikel tanpa pindah halaman
  • Akses lebih cepat
  • Akses membership dari berbagai platform
Pilihan Tepat!
Kami siap antarkan berita premium, teraktual tanpa iklan.
Masuk untuk aktivasi
atau
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau