KOMPAS.com - Marah adalah salah satu bentuk emosi selain sedih, bahagia, kecewa, atau cemburu.
Marah yang bisa dikelola dengan baik dapat menjadi dorongan untuk perubahan positif.
Namun, marah berlebihan yang tidak terkontrol ternyata dapat memicu konflik dan berbahaya bagi kesehatan.
Baca juga: Apa itu Cemburu?
Melansir WebMD, marah adalah salah satu respons emosi saat harapan tidak terpenuhi.
Saat ada pemicu kemarahan, bagian otak bernama amigdala mengirimkan sinyal yang mengaktifkan respons stres.
Lantas, bagian otak lain yakni korteks prefrontal rasional akan menilai ancaman tersebut.
Setelah itu baru diputuskan apakah seseorang perlu respons yang meledak-ledak atau emosional.
Tapi, terkadang pusat otak yang mengontrol emosi langsung bereaksi dengan marah sebelum otak rasional mengevaluasi biang kemarahan.
Baca juga: Sering Stres dan Gampang Emosi, Waspadai Sindrom Patah Hati
Sesekali marah karena suatu hal yang luar biasa umumnya normal. Tapi, Anda perlu waspada apabila marah sudah menjadi kebiasaan.
Terutama apabila respons kemarahan terjadi kurang dari 60 detik, susah menahan amarah, marah intens muncul beberapa kali sehari, memicu perilaku kasar, sampai memengaruhi kehidupan sehari-hari.
Marah berlebihan tersebut bukan hanya merusak kehidupan sosial. Namun, juga dapat berbahaya bagi kesehatan.
Berikut beberapa efek buruk marah bagi kesehatan yang perlu diwaspadai:
Ahli menyebut, kemungkinan seseorang terkena serangan jantung meningkat berlipat ganda dalam dua jam setelah marah sampai meledak-ledak.
Selain itu, orang pemarah cenderung memiliki risiko dua kali lipat lebih sering terkena penyakit jantung koroner ketimbang orang yang tidak mudah marah.