Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - 04/02/2021, 13:01 WIB
Mahardini Nur Afifah

Penulis

KOMPAS.com - Buta warna adalah kondisi saat seseorang tidak mampu mengenali perbedaan warna sebagaimana mestinya.

Melansir Healthline, indra penglihatan kita dirancang bisa mengenali warna dari perbedaan cahaya yang masuk ke mata.

Mata bisa mengenali warna dengan bantuan lensa, retina, saraf, dan kecurut yang mengontrol kemampuan mata dalam mengenali warna.

Kerucut mata orang normal memiliki semua jenis pigmen warna atau fotopigmen.

Baca juga: Apakah Buta Warna Bisa Disembuhkan?

Jika salah satu fotopigmen warna ini bermasalah, seseorang bisa mengalami buta warna parsial.

Apabila tidak memiliki fotopigmen di kerucut mata, seseorang tidak bisa melihat warna sama sekali atau buta warna total. Kondisi ini sangat langka.

Berikut beberapa penyebab buta warna yang perlu diketahui:

1. Faktor keturunan

Dilansir dari laman resmi Colour Blind Awareness, kebanyakan buta warna berasal dari peran genetik atau faktor keturunan.

Kondisi ini jamak dialami pengidap buta warna, terutama buta warna parsial merah, hijau, atau biru.

Kebanyakan orang buta warna mendapatkan warisan genetik dari ibu mereka. Tak pelak banyak penderita buta warna pria.

Ibu pembawa gen buta warna ini biasanya hanya karier, atau tidak mengidap buta warna.

Orang yang memiliki keluarga dekat buta warna juga lebih berisiko terkena buta warna.

Baca juga: 5 Macam Tes Buta Warna

2. Penyakit dan kondisi kesehatan tertentu

Menurut Mayo Clinic, penyebab buta warna bukan hanya berasal dari faktor keturunan atau bawaan sejak lahir.

Seseorang bisa mengalami buta warna karena penyakit atau cedera pada mata.

Beberapa penyakit atau kondisi yang bisa menyebabkan buta warna antara lain:

  • Anemia sel sabit
  • Diabetes
  • Degenerasi makula
  • Penyakit alzheimer
  • Multiple sclerosis
  • Glaukoma
  • Penyakit parkinson
  • Katarak
  • Leukimia
  • Minum alkohol berlebihan

Beberapa penyakit dan kondisi medis di atas merusak saraf optik atau retina mata. Jenis buta warna ini umumnya hanya memengaruhi salah satu mata.

Kabar baiknya, buta warna yang disebabkan penyakit bisa disembuhkan apabila penyakit mendasar ditangani dengan tuntas.

Baca juga: 7 Tips Cegah Mata Minus pada Anak saat Belajar dari Rumah

3. Efek samping sejumlah obat

Beberapa obat dapat memengaruhi kemampuan mata dalam mengenal warna.

Antara lain obat tertentu untuk penyakit autoimun, penyakit jantung, tekanan darah tinggi, disfungsi ereksi, infeksi, gangguan saraf, dan masalah psikologis.

Kendati beberapa orang memiliki efek samping dapat mengurangi kejelian membedakan warna, hindari sembarangan mengganti atau menghentikan obat tanpa petunjuk dokter.

4. Penuaan

Kemampuan seseorang dalam mengenali warna juga bisa menurun seiring pertambahan usia.

Baca juga: 8 Alasan Merokok Dapat Merusak Kesehatan Mata

5. Paparan bahan kimia

Penyebab buta warna lainnya dapat berasal dari paparan bahan kimia berbahaya.

Antara lain zat karbon disulfida dalam pupuk atau stirena yang terkandung di dalam plastik.

Buta warna umumnya tidak menyebabkan masalah kesehatan, terutama bawaan lahir.

Kecuali bagi sebagian orang yang membutuhkan kejelian membedakan warna untuk beraktivitas, kebanyakan pengidap buta warna bisa bisa hidup normal tanpa hambatan yang berarti.

Jika Anda merasa memiliki gangguan penglihatan dalam mengenali warna, konsultasikan ke dokter untuk mengikuti tes buta warna.

Dokter dapat merekomendasikan cara mengatasi buta warna dengan tepat. Buta warna, terutama yang bawaan lahir, biasanya tidak bisa disembuhkan.

Namun, ada beberapa cara untuk meminimalkan dampaknya. Konsultasikan kepada dokter mata yang menangani untuk solusi paling tepat.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau