Kandungan kolesterol jahat yang beredar dalam darah lama-kelamaan akan menumpuk di dinding arteri, sehingga menimbulkan plak yang mengakibatkan arteri menjadi kaku dan pembuluh darah menyempit.
Kadar kolesterol darah seseorang antara lain dipengaruhi oleh usia, jenis kelamin, keturunan, dan pola makan.
Baca juga: 8 Tanda Kolesterol Tinggi yang Sering Tak Disadari
Berikut rinciannya:
Skor kolesterol total Anda dihitung menggunakan persamaan berikut: HDL + LDL + 20 persen dari tingkat trigliserida.
Kolesterol low-density-lipoprotein (LDL) atau kolesterol jahat
Kadar kolesterol LDL yang rendah dianggap baik untuk kesehatan jantung. Begitu juga sebaliknya, kadar kolesterol jahat yang tinggi dapat meningkatkan risiko penyakit jantung.
Faktor gaya hidup, seperti pola makan tinggi lemak jenuh dan trans dapat meningkatkan kolesterol LDL.
Untuk kolesterol baik, kadar yang lebih tinggi biasanya menjadi pertanda kondisi yang lebih baik.
Di mana, kolesterol HDL yang rendah membuat Anda berisiko lebih tinggi terkena penyakit jantung.
Orang dengan trigliserida darah tinggi biasanya juga memiliki kolesterol HDL yang lebih rendah.
Faktor genetik, diabetes tipe 2, merokok, kelebihan berat badan dan tidak banyak bergerak dapat menurunkan kolesterol HDL.
Baca juga: 11 Penyebab Diabetes Tipe 2 yang Perlu Diwaspadai
Trigliserida adalah jenis lemak yang paling umum di tubuh.
Kadar trigliserida normal bervariasi menurut usia dan jenis kelamin.
Kadar trigliserida tinggi yang dikombinasikan dengan kolesterol HDL rendah atau kolesterol LDL tinggi telah dikaitkan dengan aterosklerosis.
Aterosklerosis adalah penumpukan timbunan lemak di dalam dinding arteri yang meningkatkan risiko serangan jantung dan stroke.
6. Tekanan darah tinggi (hipertensi)
Tekanan darah tinggi dapat meningkatkan beban kerja jantung, menyebabkan otot jantung menebal dan menjadi kaku.
Baca juga: 8 Gejala Darah Tinggi, Penyakit Penyerta Covid-19 Terbanyak dan Berbahaya
Pengerasan otot jantung ini tidak normal dan dapat menyebabkan jantung berfungsi tidak normal.
Kondisi ini juga bisa meningkatkan risiko stroke, serangan jantung, gagal ginjal, dan gagal jantung kongestif.
Ketika tekanan darah tinggi hadir bersamaan dengan obesitas, merokok, kadar kolesterol darah tinggi atau diabetes, risiko serangan jantung atau stroke meningkat lebih tinggi.
7. Ketidakaktifan fisik
Gaya hidup yang tidak aktif merupakan faktor risiko penyakit jantung koroner lainnya.
Aktivitas fisik diperlukan untuk membantu mengontrol kolesterol darah, diabetes, dan obesitas.
Aktivitas fisik atau olahraga juga dapat membantu menurunkan tekanan darah pada beberapa orang.
8. Obesitas dan kelebihan berat badan
Orang yang memiliki lemak tubuh berlebih, terutama jika banyak di pinggang lebih mungkin terkena penyakit jantung dan stroke, bahkan jika orang yang sama tidak memiliki faktor risiko lain.
Baca juga: 3 Cara Mengukur Obesitas, Mana yang Terbaik?
Orang dewasa yang kelebihan berat badan dan obesitas dengan faktor risiko penyakit kardiovaskular seperti tekanan darah tinggi, kolesterol tinggi, atau gula darah tinggi, dapat membuat perubahan gaya hidup untuk menurunkan berat badan.
Perubahan gaya hidup juga penting dilakukan untuk menghasilkan penurunan yang signifikan dalam faktor risiko penyakit jantung, seperti trigliserida, glukosa darah, HbA1c, dan risiko pengembangan diabetes tipe 2.