Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

12 Faktor Risiko Penyakit Jantung yang Harus Diwaspadai

Kompas.com - 20/03/2021, 18:08 WIB
Irawan Sapto Adhi

Penulis

KOMPAS.com – Mengenal beragam faktor risiko penyakit jantung baik dilakukan sebagai langkah antisipasi terjadinya penyakit mematikan ini.

Semakin cepat Anda dapat mengidentifikasi dan mengelola faktor risiko penyakit jantung Anda, maka kian besar pula peluang Anda untuk bisa menjalani hidup dengan jantung tetap sehat.

Penelitian ekstensif telah mengidentifikasi faktor-faktor yang dapat meningkatkan risiko seseorang terkena penyakit jantung koroner.

Baca juga: 4 Gejala Penyakit Jantung Koroner yang Perlu Diwaspadai

Penyakit jantung koroner adalah istilah umum untuk menggambarkan kondisi penumpukan plak di arteri jantung yang dapat menyebabkan serangan jantung dan kematian mendadak.

Semakin banyak faktor risiko yang Anda miliki dan semakin besar tingkat setiap faktor risiko Anda, maka kian tinggi kemungkinan Anda terkena penyakit jantung koroner.

Faktor risiko penyakit jantung

Secara umum faktor risiko penyakit jantung dapat dibagi ke dalam tiga kategori besar.

Ini termasuk:

  • Faktor risiko utama: Penelitian telah menunjukkan bahwa faktor-faktor ini secara signifikan dapat meningkatkan risiko penyakit jantung dan pembuluh darah (kardiovaskular)
  • Faktor risiko yang dapat dimodifikasi: Beberapa faktor risiko utama dapat dimodifikasi, diobati atau dikendalikan melalui pengobatan atau perubahan gaya hidup
  • Faktor risiko yang berkontribusi: Faktor ini dikaitkan dengan peningkatan risiko penyakit kardiovaskular, tetapi signifikansi dan prevalensinya belum ditentukan

Baca juga: 6 Jenis Penyakit Jantung dan Gejalanya yang Perlu Diwaspadai

Berikut ini adalah penjelasan lebih lanjut mengenai beragam faktor risiko penyakit jantung turunan dari tiga kategori tersebut yang layak diwaspadai:

1. Betambahnya usia

Mayoritas orang yang meninggal karena penyakit jantung koroner adalah berusia 65 tahun ke atas.

Meskipun serangan jantung dapat menyerang orang dari kedua jenis kelamin di usia tua, wanita dilaporkan memiliki risiko lebih besar untuk meninggal (dalam beberapa minggu).

2. Jenis kelamin pria

Pria dilaporkan cenderung memiliki risiko lebih besar terkena penyakit jantung dibanding wanita.

Namun, setelah memasuki masa usia lanjut, wanita bisa lebih berisiko mengalami penyakit jantung dibanding pria.

Hal itu bisa terjadi karena pada fase menopause, estrogen, yakni hormon yang melindungi wanita dari kerusakan dan penyempitan pembuluh darah akan menurun secara drastis.

Baca juga: 8 Makanan Penurun Kolesterol untuk Cegah Penyakit Jantung Koroner

3. Keturunan atau riwayat keluarga

Anak-anak dari orang tua dengan penyakit jantung lebih mungkin mengembangkan penyakit jantung itu sendiri.

Jadi sangat penting bagi Anda untuk dapat mengetahui apakah ayah, ibu, kakek, nenek, ayau saudara Anda pernah menderita penyakit berbahaya ini.

Mengetahui riwayat kesehatan keluarga dapat membantu Anda menghindari penyakit berbahaya ini.

Sama seperti Anda tidak dapat mengontrol usia dan jenis kelamin, Anda juga tidak dapat mengontrol riwayat keluarga Anda sebagai faktor risiko penyakit jantung.

Jadi, lebih penting lagi untuk menangani dan mengontrol faktor risiko lain yang Anda miliki yang dapat dimodifikasi.

4. Merokok

Risiko perokok terkena penyakit jantung koroner jauh lebih tinggi dibandingkan bukan perokok.

Merokok merupakan faktor risiko independen yang kuat untuk kematian jantung mendadak pada pasien dengan penyakit jantung koroner.

Baca juga: 5 Bahaya Nikotin dalam Rokok Elektrik

Merokok juga berinteraksi dengan faktor risiko lain untuk meningkatkan risiko penyakit jantung koroner.

Untuk diketahui, paparan asap rokok dari orang lain juga dapat meningkatkan risiko penyakit jantung pada seseorang meski dia bukan perokok.

5. Kolesterol tinggi

Saat kolesterol darah Anda meningkat, begitu juga dengan risiko penyakit jantung koroner.

Kandungan kolesterol jahat yang beredar dalam darah lama-kelamaan akan menumpuk di dinding arteri, sehingga menimbulkan plak yang mengakibatkan arteri menjadi kaku dan pembuluh darah menyempit.

Kadar kolesterol darah seseorang antara lain dipengaruhi oleh usia, jenis kelamin, keturunan, dan pola makan.

Baca juga: 8 Tanda Kolesterol Tinggi yang Sering Tak Disadari

Berikut rinciannya:

  • Total kolesterol

Skor kolesterol total Anda dihitung menggunakan persamaan berikut: HDL + LDL + 20 persen dari tingkat trigliserida.

Kolesterol low-density-lipoprotein (LDL) atau kolesterol jahat

Kadar kolesterol LDL yang rendah dianggap baik untuk kesehatan jantung. Begitu juga sebaliknya, kadar kolesterol jahat yang tinggi dapat meningkatkan risiko penyakit jantung.

Faktor gaya hidup, seperti pola makan tinggi lemak jenuh dan trans dapat meningkatkan kolesterol LDL.

  • Kolesterol high-density-lipoprotein (HDL) atau kolesterol baik

Untuk kolesterol baik, kadar yang lebih tinggi biasanya menjadi pertanda kondisi yang lebih baik.

Di mana, kolesterol HDL yang rendah membuat Anda berisiko lebih tinggi terkena penyakit jantung.

Orang dengan trigliserida darah tinggi biasanya juga memiliki kolesterol HDL yang lebih rendah.

Faktor genetik, diabetes tipe 2, merokok, kelebihan berat badan dan tidak banyak bergerak dapat menurunkan kolesterol HDL.

Baca juga: 11 Penyebab Diabetes Tipe 2 yang Perlu Diwaspadai

  • Trigliserida

Trigliserida adalah jenis lemak yang paling umum di tubuh.

Kadar trigliserida normal bervariasi menurut usia dan jenis kelamin.

Kadar trigliserida tinggi yang dikombinasikan dengan kolesterol HDL rendah atau kolesterol LDL tinggi telah dikaitkan dengan aterosklerosis.

Aterosklerosis adalah penumpukan timbunan lemak di dalam dinding arteri yang meningkatkan risiko serangan jantung dan stroke.

6. Tekanan darah tinggi (hipertensi)

Tekanan darah tinggi dapat meningkatkan beban kerja jantung, menyebabkan otot jantung menebal dan menjadi kaku.

Baca juga: 8 Gejala Darah Tinggi, Penyakit Penyerta Covid-19 Terbanyak dan Berbahaya

Pengerasan otot jantung ini tidak normal dan dapat menyebabkan jantung berfungsi tidak normal.

Kondisi ini juga bisa meningkatkan risiko stroke, serangan jantung, gagal ginjal, dan gagal jantung kongestif.

Ketika tekanan darah tinggi hadir bersamaan dengan obesitas, merokok, kadar kolesterol darah tinggi atau diabetes, risiko serangan jantung atau stroke meningkat lebih tinggi.

7. Ketidakaktifan fisik

Gaya hidup yang tidak aktif merupakan faktor risiko penyakit jantung koroner lainnya.

Aktivitas fisik diperlukan untuk membantu mengontrol kolesterol darah, diabetes, dan obesitas.

Aktivitas fisik atau olahraga juga dapat membantu menurunkan tekanan darah pada beberapa orang.

8. Obesitas dan kelebihan berat badan

Orang yang memiliki lemak tubuh berlebih, terutama jika banyak di pinggang lebih mungkin terkena penyakit jantung dan stroke, bahkan jika orang yang sama tidak memiliki faktor risiko lain.

Baca juga: 3 Cara Mengukur Obesitas, Mana yang Terbaik?

Orang dewasa yang kelebihan berat badan dan obesitas dengan faktor risiko penyakit kardiovaskular seperti tekanan darah tinggi, kolesterol tinggi, atau gula darah tinggi, dapat membuat perubahan gaya hidup untuk menurunkan berat badan.

Perubahan gaya hidup juga penting dilakukan untuk menghasilkan penurunan yang signifikan dalam faktor risiko penyakit jantung, seperti trigliserida, glukosa darah, HbA1c, dan risiko pengembangan diabetes tipe 2.

9. Diabetes

Diabetes secara serius dapat meningkatkan risiko Anda terkena penyakit kardiovaskular.

Bahkan ketika kadar glukosa terkendali, diabetes tetap saja dapat meningkatkan risiko penderita terkena penyakit jantung dan stroke.

Risikonya semakin besar jika gula darah tidak terkontrol dengan baik.

Setidaknya 68 persen penderita diabetes berusia di atas 65 tahun meninggal karena beberapa bentuk penyakit jantung. Di antara kelompok yang sama, 16 persen meninggal karena stroke.

Baca juga: Berapa Kadar Gula Darah Normal dalam Tubuh?

Jika Anda menderita diabetes, pastikan untuk dapat bekerja sama dengan dokter dalam upaya mengelola penyakit dan mengendalikan faktor risiko lain yang Anda bisa.

Untuk membantu mengelola gula darah, penderita diabetes yang mengalami obesitas atau kelebihan berat badan sebaiknya melakukan perubahan gaya hidup, seperti makan lebih baik atau melakukan aktivitas fisik secara teratur.

10. Stres

Respon individu terhadap stres dapat menjadi faktor penyebab serangan jantung.

Beberapa ahli telah mencatat hubungan antara risiko penyakit jantung koroner dan stres dalam kehidupan seseorang, bersama dengan perilaku kesehatan dan status sosial ekonomi mereka.

Faktor-faktor ini dapat memengaruhi faktor risiko yang telah ditetapkan.

Misalnya, orang yang sedang stres mungkin makan berlebihan, mulai merokok atau merokok lebih banyak daripada yang seharusnya.

Baca juga: Ciri Nyeri Dada yang Mengarah pada Gejala Penyakit Jantung Koroner

11. Konsumsi alkohol

Minum terlalu banyak alkohol dapat meningkatkan tekanan darah, meningkatkan risiko kardiomiopati, stroke, kanker, dan penyakit lainnya.

Konsumsi alkohol berlebih juga dapat berkontribusi pada trigliserida tinggi dan menghasilkan detak jantung tidak teratur.

Selain itu, konsumsi alkohol yang berlebihan berkontribusi pada obesitas, alkoholisme, dan kejadian kecelakaan.

Untuk itu, bagi siapa saja, lebih baik menghindari atau membatasi konsumsi alkohol. 

12. Pola makan buruk 

Pola makan yang sehat adalah salah satu senjata terbaik yang Anda miliki untuk melawan penyakit kardiovaskular.

Apa yang Anda makan dan seberapa banyak Anda makan dapat memengaruhi faktor risiko penyakit jantung lain yang dapat dikontrol, seperti kolesterol, tekanan darah, diabetes, dan kelebihan berat badan.

Baca juga: Apa Itu Lemak Trans dan Kenapa Sering Dianggap Berbahaya?

Pilihlah makanan kaya nutrisi, yang memiliki vitamin, mineral, serat, dan nutrisi lain, tetapi lebih rendah kalori daripada makanan miskin nutrisi.

Pilih diet yang mengutamakan sayuran, buah-buahan dan biji-bijian.

Pola makan yang menyehatkan jantung juga mencakup produk susu rendah lemak, daging unggas, ikan, polong-polongan, kacang-kacangan, dan minyak nabati nontropis.

Di sisi lain, pastikan untuk membatasi asupan makanan manis, minuman manis, dan daging merah.

Untuk menjaga berat badan yang sehat, koordinasikan diet Anda dengan tingkat aktivitas fisik Anda sehingga Anda menggunakan kalori sebanyak yang Anda konsumsi.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau