Kondisi hipertensi dan hipotesi pada ibu hamil memiliki penyebab masing-masing.
Melansir Health Line, pada kehamilan, hipertensi dapat diklasifikasikan menjadi dua kategori utama, yakni hipertensi kronis dan hipertensi yang berhubungan dengan kehamilan.
Hipertensi kronis mengacu pada tekanan darah tinggi yang terjadi sebelum kehamilan. Ibu hamil juga dapat didiagnosis dengan kondisi ini jika mengalami hipertensi selama 20 minggu pertama kehamilan. Ibu hamil mungkin masih memiliki kondisi tersebut setelah melahirkan.
Baca juga: 9 Penyebab Darah Tinggi yang Harus Diwaspadai
Sedangkan, gangguan tekanan darah tinggi yang berhubungan dengan kehamilan pada umumnya berkembang setelah 20 minggu pertama kehamilan.
Sebuah tinjauan pada 2016 yang diterbitkan dalam Jurnal Integrated Blood Pressure Control menunjukkan bahwa usia, obesitas, dan masalah kesehatan yang mendasari tampaknya berkontribusi pada hipertensi yang berhubungan dengan kehamilan.
Meskipun kondisi ini biasanya hilang setelah melahirkan, ibu hamil tetap saja punya risiki untuk bisa terus mengalaminya.
Sementara itu, kejadian hipotensi pada ibu hamil bisa langsung berhubungan dengan kehamilan.
Ini terjadi karena sistem peredaran darah ibu hamil berkembang selama kehamilan untuk mengakomodasi janin.
Saat sirkulasi darah mengembang, ibu hamil mungkin akan mengalami sedikit penurunan tekanan darah.
Menurut American Heart Association (AHA), kejadian hipotensi paling sering terjadi selama 24 minggu pertama kehamilan. Namun, jumlah penurunan tekanan darah ini biasanya tidak cukup signifikan untuk menimbulkan kekhawatiran.
Hipotensi pada ibu hamil juga dapat disebabkan oleh:
Baca juga: 10 Makanan yang Mengandung Vitamin D Tinggi
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.