KOMPAS.com - Escherichia coli (E. coli) adalah sejenis bakteri yang biasanya hidup di usus manusia dan hewan. Bakteri ini pada umumnya tidak berbahaya.
Namun, ada beberapa jenis E. coli, khususnya E. coli O157:H7 yang dapat menyebabkan infeksi usus.
E. coli O157:H7 dan strain lain yang menyebabkan penyakit saluran pencernaan dapat disebut sebagai E. coli penghasil racun Shiga (STEC) setelah toksin yang mereka hasilkan.
Baca juga: 9 Macam Gangguan Pencernaan dan Cara Mengobatinya
Gejala infeksi saluran pencernaan biasanya dimulai antara 1 dan 10 hari setelah seseorang terinfeksi E. coli. Rentang waktu ini dikenal sebagai masa inkubasi.
Begitu gejala muncul, biasanya berlangsung sekitar 5 hingga 10 hari.
Gejala infeksi E. coli bisa meliputi:
Gejala dapat berlangsung dari beberapa hari hingga lebih dari seminggu.
Sedangkan, gejala infeksi E. coli yang parah mungkin termasuk:
Baca juga: 18 Tanda Dehidrasi yang Perlu Diwaspadai
Jika mengalami beragam gejala infeksi E. coli parah ini, siapa saja sebaiknya segera menemui dokter.
Menurut Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit (CDC) AS, sekitar 5-10 persen orang yang terinfeksi bakteri E. coli bisa mengembangkan sindrom uremik hemolitik (HUS), yakni suatu kondisi di mana sel darah merah menjadi rusak.
Hal ini perlu diwaspadai karena dapat menyebabkan gagal ginjal yang bisa mengancam nyawa, terutama bagi anak-anak dan lansia. Sindrom hemolitik uremik biasanya dimulai sekitar 5 sampai 10 hari setelah timbulnya diare.
Manusia dan hewan biasanya memiliki beberapa E. coli di usus mereka, tetapi beberapa varian bisa menyebabkan infeksi.
Bakteri penyebab infeksi ini dapat masuk ke dalam tubuh manusia dengan berbagai cara.
Ini termasuk:
1. Penanganan makanan yang tidak tepat
Baik makanan disiapkan di rumah, di restoran, atau di toko bahan makanan, penanganan dan persiapan yang tidak aman dapat menyebabkan kontaminasi.
Penyebab umum keracunan makanan mengandung bakteri E. coli meliputi:
Baca juga: 10 Gejala Keracunan Makanan yang Perlu Diwaspadai
2. Pengolahan makanan
Selama proses penyembelihan, daging unggas dan produk daging dapat memperoleh bakteri dari usus hewan tersebut.
3. Air yang terkontaminasi
Sanitasi yang buruk dapat menyebabkan air mengandung bakteri dari kotoran manusia atau hewan.
Anda bisa tertular infeksi dari meminum air yang terkontaminasi atau berenang di dalamnya.
3. Orang ke orang
E. coli dapat menyebar jika orang yang terinfeksi tidak mencuci tangan setelah buang air besar (BAB).
Bakteri tersebut kemudian menyebar saat orang tersebut menyentuh seseorang atau sesuatu yang lain, seperti makanan.
Panti asuhan, sekolah, dan fasilitas penitipan anak sangat rentan terhadap penyebaran dari orang ke orang.
4. Hewan
Orang yang bekerja dengan hewan, terutama sapi, kambing, dan domba, berisiko lebih tinggi terkena infeksi E. coli.
Maka jelas, siapapun yang menyentuh hewan atau bekerja di lingkungan dengan hewan harus mencuci tangan secara teratur dan menyeluruh.
Baca juga: 5 Cara Mengatasi Diare Secara Alami dan dengan Bantuan Obat
Meskipun siapa pun dapat mengalami infeksi E. coli, beberapa orang lebih berisiko daripada yang lain.
Beberapa faktor risiko infeksi E. coli meliputi:
Infeksi saluran pencernaan akibat E. coli dapat menyebabkan dehidrasi dan komplikasi serius, seperti gagal ginjal dan terkadang kematian jika tidak diobati.
Anda harus menemui dokter jika:
Seorang dokter dapat memastikan infeksi E. coli dengan sampel tinja sederhana.
Baca juga: 13 Penyebab Diare Setelah Makan yang Perlu Diwaspadai
Dalam kebanyakan kasus, infeksi E. coli dapat ditangani dengan pengobatan rumahan.
Jika mengalami infeksi, Anda secara umum disarakan untuk minum banyak air dan banyak istirahat.
Namun, dalam proses pemulihan itu, Anda diminta juga untuk dapat waspadai gejala infeksi E. coli yang lebih parah yang mungkin memerlukan bantuan penanganan dokter.
Jika Anda mengalami diare berdarah atau demam, lebih baik tanyakan kepada dokter sebelum minum obat antidiare yang dijual bebas.
Anda pun harus selalu memeriksakan anak ke dokter anak sebelum memberikan obat kepada bayi atau anak-anak.
Jika Anda atau anak Anda mengalami dehidrasi yang mengkhawatirkan saat mengalami infeksi E. coli, dokter mungkin akan menyarankan rawat inap dan cairan intravena.
Kebanyakan orang dengan infeksi E. coli menunjukkan perbaikan dalam lima sampai tujuh hari setelah permulaan infeksi, dan sembuh total.
Mempraktikkan perilaku makan yang aman dapat mengurangi kemungkinan Anda terkena infeksi saluran pencernaan karena E. coli.
Ini termasuk:
Baca juga: Cuci Tangan Pakai Air Dingin atau Air Hangat, Mana yang Lebih Baik?
Anda juga harus memastikan bahwa semua daging dimasak dengan benar.
Anda harus memperhatikan pedoman memasak daging dan unggas pada suhu yang tepat untuk memastikan semua bakteri mati.
Saat memasak, Anda dapat menggunakan termometer daging untuk memeriksa apakah daging dimasak dengan suhu berikut:
Salah satu hal termudah yang dapat Anda lakukan untuk mencegah infeksi E. coli adalah dengan mencuci tangan secara teratur.
Anda harus mencuci tangan sebelum memegang, menyajikan, atau makan makanan, terlebih lagi Anda baru menyentuh hewan, bekerja di lingkungan hewan, atau menggunakan kamar mandi.
Mempraktikkan kebersihan yang baik dan mengikuti pedoman keamanan makanan dapat sangat membantu mengurangi risiko terkena infeksi E. coli.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.