Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

2 Penyebab Henti Jantung yang Perlu Diwaspadai

Kompas.com - 15/06/2021, 09:04 WIB
Irawan Sapto Adhi

Penulis

KOMPAS.com - Henti jantung adalah kejadian tidak terduga yang dapat menyebabkan kematian secara mendadak atau tiba-tiba.

Pada kejadian henti jantung, jantung akan benar-benar berhenti berdetak.

Dilansir dari WebMD, detak jantung kita dikendalikan oleh impuls listrik.

Baca juga: 8 Tanda Peringatan Serangan Jantung yang Perlu Diwaspadai

Ketika impuls ini berubah pola, detak jantung bisa menjadi tidak teratur. Gangguan ini juga dikenal sebagai aritmia jantung.

Henti jantung terjadi ketika irama jantung berhenti.

Tak bisa disangkal lagi bahwa henti jantung adalah masalah kesehatan yang sangat serius. Kondisi ini dapat menyebabkan kematian atau kecacatan.

Jika Anda atau seseorang yang bersama Anda mengalami gejala henti jantung, segera cari bantuan kesehatan darurat. Respon dan pengobatan segera dapat menyelamatkan nyawa.

Penyebab henti jantung

Melansir Health Line, sejumlah faktor dapat menyebabkan henti jantung mendadak, tapi dua yang paling umum adalah fibrilasi ventrikel dan fibrilasi atrium.

Berikut penjelasannya:

1. Fibrilasi ventrikel

Organ jantung normal terdiri dari empat ruang. Dua ruang bawah jantung disebut sebagai ventrikel (bilik jantung).

Pada fibrilasi ventrikel, bilik-bilik ini bergetar di luar kendali. Hal ini menyebabkan ritme jantung berubah secara dramatis.

Baca juga: Beda Gejala Serangan Jantung dan Stroke, Jangan Keliru

Ventrikel mulai memompa secara tidak efisien yang sangat mengurangi jumlah darah yang dipompa ke seluruh tubuh.

Dalam beberapa kasus, sirkulasi darah dapat berhenti sama sekali. Hal ini dapat menyebabkan kematian jantung mendadak.

Fibrilasi ventrikel menjadi penyebab henti jantung paling sering,

2. Fibrilasi atrium

Jantung juga dapat berhenti berdetak secara efisien setelah aritmia di bagian atas jantung. Ruang-ruang ini dikenal sebagai atrium (serambi jantung).

Fibrilasi atrium dimulai ketika simpul sinoatrial (SA) tidak mengirimkan impuls listrik yang benar.

Simpul sioatrial terletak di atrium kanan. Ini mengatur seberapa cepat jantung memompa darah.

Ketika impuls listrik masuk ke fibrilasi atrium, ventrikel tidak dapat memompa darah ke tubuh secara efisien.

Baca juga: 13 Penyebab Keringat Dingin, Termasuk Gejala Serangan Jantung?

Faktor risiko henti jantung

Kondisi jantung dan faktor kesehatan tertentu dapat meningkatkan risiko henti jantung.

1. Penyakit jantung koroner

Jenis penyakit jantung ini dimulai di arteri koroner. Arteri ini memasok otot jantung itu sendiri.

Ketika arteri jantung tersumbat, jantung tidak menerima darah dan organ vital ini mungkin akan berhenti bekerja dengan benar.

2. Serangan jantung

Jika serangan jantung terjadi, sering kali sebagai akibat dari penyakit arteri koroner yang parah.

Serangan jantung dapat memicu fibrilasi ventrikel dan henti jantung mendadak.

Selain itu, serangan jantung dapat meninggalkan jaringan parut di jantung.

Arus pendek listrik di sekitar jaringan parut dapat menyebabkan kelainan pada irama jantung.

Baca juga: 8 Tanda Peringatan Kanker yang Perlu Diwaspadai

3. Jantung membesar (kardiomegali)

Memiliki jantung besar yang tidak normal bisa menempatkan kita pada peningkatan risiko henti jantung.

Jantung yang besar mungkin tidak berdetak dengan benar.

Otot jantung juga mungkin lebih rentan terhadap kerusakan.

4. Penyakit katup jantung

Penyakit katup dapat membuat katup jantung bocor atau menyempit. Ini berarti darah yang bersirkulasi melalui jantung membebani ruang jantung dengan darah atau tidak memenuhi kapasitasnya.

Ruang jantung dapat menjadi lemah atau membesar.

5. Penyakit jantung bawaan

Beberapa orang terlahir dengan kerusakan jantung. Ini dikenal sebagai penyakit jantung bawaan.

Henti jantung mendadak dapat terjadi pada anak-anak yang lahir dengan masalah jantung yang serius.

Baca juga: 6 Gejala Penyakit Jantung Bawaan yang Perlu Diwaspadai

6. Masalah impuls listrik

Masalah dengan sistem kelistrikan jantung dapat meningkatkan risiko henti jantung. Masalah-masalah ini dikenal sebagai kelainan irama jantung primer.

7. Faktor risiko lain

Dilansir dari Mayo Clinic, henti jantung mendadak sangat sering dikaitkan dengan penyakit arteri koroner.

Oleh sebab itu, faktor yang sama yang menempatkan seseorang pada risiko penyakit arteri koroner diyakini dapat pula menempatkan mereka pada risiko henti jantung mendadak.

Ini termasuk:

  • Kebiasaan merokok atau menghisap asap rokok
  • Gaya hidup tidak aktif atau kurang bergerak
  • Tekanan darah tinggi
  • Kegemukan
  • Diabetes
  • Punya riwayat keluarga penyakit jantung jantung koroner

Sedangkan faktor lain yang dapat meningkatkan henti jantung mendadak bisa meliputi:

  • Episode henti jantung sebelumnya atau mempunyai riwayat keluarga henti jantung
  • Pernah mengalami serangan jantung
  • Punya riwayat pribadi atau keluarga dari bentuk penyakit jantung lainnya, seperti gangguan irama jantung, cacat jantung bawaan, gagal jantung, dan kardiomiopati
  • Usia di atas 45 tahun untuk pria, atau di atas 55 tahun untuk wanita
  • Menjadi laki-laki
  • Menggunakan obat-obatan terlarang, seperti kokain atau amfetamin
  • Ketidakseimbangan nutrisi, seperti kadar kalium atau magnesium yang rendah
  • Sleep apnea obstruktif
  • Penyakit ginjal kronis

Baca juga: 3 Cara Mengukur Obesitas, Mana yang Terbaik?

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau