KOMPAS.com - Antibodi monoklonal juga digadang-gadang sebagai metode ampuh untuk atasi Covid-19.
Pada Februari 2021, Food and Drug Administration (FDA) AS mengeluarkan otorisasi penggunaan darurat (EUA) untuk antibodi monoklonal untuk mengobati COVID-19 ringan hingga sedang pada pasien berisiko tinggi.
Di Indonesia, metode pengobatan ini telah dimasukkan ke dalam Surat Usulan Revisi Pedoman Tata Laksana Covid-19 tertanggal 14 Juli 2021 oleh sejumlah perhimpunan profesi dokter Indonesia.
Baca juga: Disentri
Menurut Spesialis penyakit menular Adarsh Bhimraj, metode ini memang mampu mencegah infeksi Covid-19 yang parah pada pasien berisiko tinggi.
Antibodi monoklonal merupakan antibodi buatan yang dirancang untuk meniru antibodi alami tubuh Anda.
“Antibodi pada dasarnya adalah protein yang dibuat tubuh untuk melawan infeksi tertentu," ucap Bhimraj.
Ketika tubuh manusia terkena infeksi, ia mulai membuat protein tertentu untuk melawan infeksi itu.
Dalam 10 hari setelah tertular Covid-19, tubuh Anda mulai memproduksi antibodi untuk melawan infeksi dan membantu Anda pulih dari infeksi tersebut.
Setelah mengalami infeksi tertentu, tubuh akan menyimpan beberapa antibodi sebagai cadangan.
Jika Anda terkena infeksi yang sama lagi di kemudian hari, tubuh dapat mulai melawan infeksi tersebut dengan cepat.
“Ini amunisi yang sangat spesifik untuk melawan organisme menular tertentu,” kata Bhimraj.
Seperti yang disebutkan sebelumnya, antibodi monoklonal adalah antibodi buatan laboratorium yang melakukan apa yang dilakukan antibodi alami tubuh.
Ada beberapa kombinasi yang digunakan. Namun, yang paling banyak digunakan di dunia adalah kombinasi dua obat yang disebut bamlanivimab dan etesevimab.
Dua jenis obat tersebut bekerja dengan cepat dan lebih kuat, membantu tubuh Anda mengikat apa yang disebut "protein lonjakan" dari virus SARS-CoV-2.
"Jika seseorang yang tidak memiliki kekebalan terhadap virus Corona, antibodi monoklonal dapat memblokir virus dan mencegah orang tersebut benar-benar terkena infeksi,” ucap Bhimraj.