Di samping itu, mungkin juga ada dampak hormonal yang bisa terjadi akibat kebiasaan mengonsumsi makanan tinggi gula.
"Diet tinggi gula, makanan olahan, dan lemak 'jahat' bisa menyebabkan lonjakan insulin yang pada gilirannya dapat menyebabkan stimulasi lonjakan hormon yang bisa memicu produksi minyak (di kulit kepala sebagai penyebab ketombe)," kata Zalka.
Membatasi konsumsi makanan berlemak, makanan yang digoreng, gula halus, makanan olahan, dan gluten pun diyakini dapat menyebabkan pengurangan produksi ketombe.
Baca juga: 5 Penyakit Akibat Konsumsi Gula Berlebihan, Tak Hanya Diabetes
Perubahan pola makan ini bahkan dipercaya bisa bermanfaat untuk menjaga kesehatan tubuh secara keseluruhan.
3. Buah dan sayuran
Menambahkan lebih banyak buah dan sayuran ke dalam diet Anda adalah langkah bagus lainnya.
Buah dan sayuran adalah makanan sarat dengan nutrisi dan serat.
"Diet rendah serat dan tinggi makanan dengan banyak gula, garam, dan lemak bisa menyebabkan pencernaan yang buruk, yang dapat menyebabkan banyak masalah, termasuk masalah kulit seperti ketombe. Jadi makanlah banyak sayuran dan beberapa buah (untuk membantu mengatasi ketombe)," kata Jill Nussinow, RD, penulis The Veggie Queen.
Beberapa ahli mungkin menggembar-gemborkan penerapan diet makanan mentah lebih baik daripada makanan matang.
Tetapi, pendapat lain juga bisa dipertimbangkan.
“Faktanya, memasak sayuran dapat membantu melepaskan beberapa nutrisi esensial dan non-esensial sehingga tubuh Anda dapat menyerapnya dengan lebih baik,” pendapat Joy Dubost, PhD, RD, juru bicara Academy of Nutrition and Dietetics.
Baca juga: 20 Makanan yang Mengandung Serat Tinggi
4. Makanan yang mengandung lemak sehat
Makanan yang kaya akan asam lemak esensial, seperti asam lemak omega 3 dan asam lemak omega 6 memang belum diteliti untuk manfaatnya dalam mengatasi ketombe.
Tetapi, jenis makanan ini telah ditemukan dapat membantu mendukung kesehatan rambut dan kulit secara umum.
"Makanan kaya akan amam lemak esensial bisa memainkan peran penting dalam fungsi dan penampilan kulit normal, serta memiliki sifat anti-inflamasi," kata konselor nutrisi Rebecca Bitzer, RD.