“Saya ngomong ke atlet-atlet bahwa PON ini ajang Anda mengulang best time, best performance saat latihan. Mereka bisa memanipulasi pikirannya agar bisa tetap fokus terhadap tugas mereka,” lanjutnya.
Tak hanya sekedar pendampingan psikolog dan psikiater, dibutuhkan juga dukungan moral dari keluarga dan orang-orang terdekat.
“Pastikan mereka (keluarga) menerima atlet sebagai rekan, anggota mereka tanpa syarat. Meskipun Anda kalah atau menang, kami tetap sayang sama Anda tanpa kurang suatu apapun,” jelasnya.
Sama halnya jika hasil yang didapatkan sang atlet tidak sesuai ekspektasi.
Steven mengungkapkan bahwa penting agar atlet tersebut melampiaskan perasaannya hingga tuntas.
“Biarkan mereka menangis. Proses yang tidak boleh dilewatkan oleh pendamping juga make sure mereka benar-benar menangis. Melampiaskan amarahnya dengan cara yang tidak merugikan siapa pun,” kata Steven.
Baca juga: Panduan Jaga Kesehatan Mental Selama Pandemi dari Kemenkes RI
“Proses tersebut harus dilalui agar mereka siap untuk periode selanjutnya. Misalkan diabaikan, (perasaan itu) bisa jadi muncul di kemudian hari,” sambung Steven.
Terkait kesadaran masyarakat soal kesehatan mental atlet, Steven berpendapat bahwa terdapat tiga macam masyarakat dalam menanggapi hal ini.
“Ada yang cuek, ada yang cukup dewasa kalau profesi atlet itu emang enggak gampang. Apapun hasilnya bisa nerima dan enggak judgemental,” ujar Steven.
“Ada juga masyarakat yang enggak tahu capeknya dua sesi, tiga sesi. Sekali compete ternyata hanya 10 detik dan mereka kalah,” tambahnya.
Steven menjelaskan bahwa mengukur juara bukan semata-mata medali.
Misalnya, atlet yang menampilkan best time saat bertanding ketimbang saat performa mereka di latihan.
Sementara itu, terdapat beberapa hal yang dapat diupayakan pemerintah untuk meningkatkan kesadaran masyarakat soal pentingnya kesehatan mental atlet.
“Pejabat-pejabat berwenang, upayakan menciptakan iklim persaingan dan olahraga yang fair itu penting banget,” katanya.
Selain itu, Steven juga mengungkapkan bahwa dibutuhkan fasilitas olahraga yang lebih memadai bagi beberapa cabang olahraga (cabor) tertentu.
“Fasilitas olahraga penting banget. Contohnya di salah satu cabor yang numpang di salah satu pusat keramaian untuk latihan. Ketika pusat keramaian itu ada event, mereka enggak latihan,” pungkasnya.
Baca juga: 5 Kata Toxic Positivy yang Berbahaya untuk Kesehatan Mental
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.