KOMPAS.com - Dampak pandemi Covid-19 tidak hanya dirasakan oleh orang dewasa, namun juga bagi anak.
Tak mudah bagi para siswa untuk menghadapi perubahan yang terjadi dalam kegiatan pembelajaran di sekolah.
Data World Health Organization (WHO) menyatakan bahwa setengah dari kasus gangguan mental yang dialami orang dewasa bahkan dimulai sebelum usianya 14 tahun.
Data UNICEF juga menyebutkan lebih dari 80 juta anak di Indonesia terkena dampak sekunder dari pandemi yang telah berjalan lebih dari satu tahun.
Dalam hal kesehatan mental, hampir separuh rumah tangga memberi laporan bahwa terdapat perubahan perilaku pada anak, seperti sulit berkonsentrasi (45 persen), mudah marah (13 persen), dan sulit tidur (6,5 persen).
Dengan kata lain, masa kanak-kanak merupakan masa yang rentan untuk kemungkinan terjadi gangguan kesehatan mental.
Oleh karena itu, penting bagi orangtua untuk memberikan perhatian ekstra terhadap kesehatan mental anak terutama di masa pandemi.
Baca juga: Menopause
Banyak cara sederhana yang dapat dilakukan untuk menjaga kesehatan mental pada anak. Berikut cara tersebut:
Ketika pandemi, anak menghabiskan sebagian besar atau bahkan seluruh waktunya di rumah.
Untuk itu, orang tua perlu membangun kedekatan dengan anak dengan menunjukkan perhatian secara maksimal, menjadi pendengar yang baik, dan menjadi sosok sahabat yang selalu siap sedia bagi anak.
Tulis komentarmu dengan tagar #JernihBerkomentar dan menangkan e-voucher untuk 90 pemenang!
Syarat & KetentuanPeriksa kembali dan lengkapi data dirimu.
Data dirimu akan digunakan untuk verifikasi akun ketika kamu membutuhkan bantuan atau ketika ditemukan aktivitas tidak biasa pada akunmu.
Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.