KOMPAS.com - Diabetes ternyata dapat menyebabkan seseorang mengalami burnout.
Menurut artikel tahun 2019 dari American Journal of Nursing, burnout karena diabetes biasanya melibatkan perasaan frustrasi dan kelelahan dari tuntutan sehari-hari untuk mengelola kondisi tersebut.
Burnout karena diabetes memengaruhi lebih dari sekadar kesehatan emosional.
Kondisi ini juga dapat memengaruhi kemampuan untuk mengontrol diabetes.
Dalam sebuah studi tahun 2018, lebih dari sepertiga orang dewasa dengan diabetes tipe 2 menunjukkan kelelahan sebagai penghalang untuk mengikuti rencana perawatan.
Secara umum, penderita diabetes kelelahan menjadi “kewalahan oleh tuntutan hidup dengan diabetes dan lelah mengelola kondisi mereka.
Baca juga: Bagaimana Diabetes Bisa Menyebabkan Sering Lapar?
Mengidentifikasi burnout karena diabetes bisa menjadi rumit karena "itu unik untuk individu," kata Shahzadi Devje, RD, seorang pendidik diabetes bersertifikat kepada Healthline.
Lamanya, tingkat keparahan, dan tanda-tanda burnout karena diabetes tidak hanya bervariasi pada tiap orang, tetapi juga dalam individu yang sama.
Satu episode burout mungkin terlihat berbeda dari episode yang lain, tergantung pada trigger atau pemicunya.
Meskipun tidak ada alat pengukuran standar untuk kondisi tersebut, burnout karena diabetes dapat mencakup gejala psikologis, seperti:
Baca juga: 9 Tes untuk Diagnosis Diabetes yang Bisa Dilakukan
Berikut ini beberapa cara yang dapat dilakukan untuk mengatasi burnout karena diabetes.
Saat merasa lelah, seseorang mungkin tergoda untuk memaksakan diri, mengabaikan perasaan, atau menyalahkan diri sendiri karena tidak menindaklanjuti rencana perawatan.
Namun langkah pertama dalam mengelola burnout adalah menerima kehadirannya — termasuk emosi yang muncul darinya.
Menulis buku harian dapat menjadi alat yang berguna untuk mengeksplorasi perasaan seseorang di ruang bebas penilaian.
Berbicara dengan dokter atau profesional kesehatan tentang gejala burnout yang dialami bisa terasa tidak nyaman atau bahkan menjengkelkan.