KOMPAS.com - Mual dan muntah selama kehamilan disebut juga dengan istilah "morning sickness".
Mengutip Mayo Clinic, maul dan muntah pada ibu hamil adalah kondisi umum yang bisa terjadi kapan saja dan biasanya berlangsung pada trimester pertama.
Mual dan muntah selama kehamilan biasanya tidak membahayakan janin.
Hanya Umumnya hanya dapat mempengaruhi kebiasaan hidup ibu, termasuk kemampuan untuk bekerja atau melakukan aktivitas normal sehari-hari.
Baca juga: 5 Olahraga Aman untuk Ibu Hamil
Melansir ACOG, mual dan muntah paling sering terjadi selama trimester pertama dan biasanya dimulai sembilan minggu setelah pembuahan sel telur.
Gejala mual dan muntah membaik untuk sebagian besar ibu hamil pada pertengahan hingga akhir trimester kedua.
Namun, mual dan muntah selama kehamilan dapat berkembang parah menjadi hiperemesis gravidarum.
Hiperemesis gravidarum adalah istilah untuk bentuk mual dan muntah yang paling parah selama kehamilan.
Hiperemesis gravidarum dapat didiagnosis ketika seorang wanita telah kehilangan 5 persen dari berat badannya, dan terjadi masalah berkaitan dengan dehidrasi atau kehilangan cairan tubuh.
Ibu hamil dengan hiperemesis gravidarum bisa memerlukan perawatan di rumah sakit untuk menghentikan kondisi mual dan muntah yang parah serta memulihkan cairan tubuh yang dibutuhkan.
Melansir Motherly, suhu tubuh normal manusia sekitar 36-37 Celcius. Jika dalam kondisi hamil, suhu tubuh lebih mudah naik atau kepanasan.
Hal tersebut karena tubuh ibu hamil mengeluarkan energi panas ekstra yang membuatnya berkeringat (mengeluarkan cairan tubuh) lebih banyak.
Jika ibu hamil tidak diimbangi dengan asupan cairan yang cukup, maka panas tubuh tidak mereda.
Ibu hamil yang dehidrasi dapat mengakibatkan ia menderita sakit kepala, pusing, dan tekanan darah rendah.
Sementara ibu hamil sangat tidak dianjurkan bergantung pada obat kimia.