Kondisi tersebut disebabkan oleh suplai darah yang buruk melalui plasenta ke bayi.
Bayi yang sedang tumbuh menerima lebih sedikit oksigen dan nutrisi dari seharusnya yang dapat mempengaruhi perkembangan.
Ini disebut pembatasan pertumbuhan intra-uterin atau janin.
Baca juga: 7 Makanan yang Pantang Dikonsumsi Ibu Hamil
Mengutip WebMD, banyak ahli berpikir preeklamsia dan eklampsia terjadi ketika plasenta wanita tidak bekerja sebagaimana mestinya, tetapi mereka tidak tahu persis mengapa.
Beberapa orang berpikir gizi buruk atau lemak tubuh yang tinggi mungkin berkontribusi menyababkan preeklamsia.
Kurangnya aliran darah ke rahim bisa berperan. Gen juga merupakan faktor.
Plasenta adalah organ yang menghubungkan suplai darah ibu ke bayi yang belum lahir.
Makanan dan oksigen melewati plasenta. Produk limbah dapat berpindah dari bayi kembali ke ibu.
Untuk mendukung pertumbuhan bayi, plasenta membutuhkan suplai darah yang besar dan konstan dari ibu.
Pada preeklamsia, plasenta tidak mendapatkan cukup darah. Ini bisa jadi karena plasenta tidak berkembang dengan baik saat terbentuk selama paruh pertama kehamilan.
Masalah dengan plasenta berarti suplai darah antara ibu dan bayi terganggu.
Sinyal atau zat dari plasenta yang rusak mempengaruhi pembuluh darah ibu, sehingga menyebabkan tekanan darah tinggi (hipertensi).
Pada saat yang sama, masalah pada ginjal dapat menyebabkan protein penting yang seharusnya tetap berada dalam darah ibu bocor ke dalam urinnya, yang mengakibatkan protein dalam urin (proteinuria).
Baca juga: 9 Jenis Makanan Sehat yang Direkomendasikan untuk Ibu Hamil
Mengutip Mayo Clinic, preeklamsia berkembang hanya sebagai komplikasi kehamilan. Faktor risiko meliputi:
Riwayat preeklamsia pribadi atau keluarga secara signifikan meningkatkan risiko preeklamsia.