KOMPAS.com - Pernahkah Anda mendengar ulkus dekubitus? Ulkus dekubitus adalah luka kulit terbuka.
Ulkus dekubitus terbentuk akibat tekanan dari berat tubuh ysehingga permukaan kulit dan benda keras bergesekan.
Hal ini sering dialami oleh orang yang memngalami kelumpuhan karena permukaan kulit yang bergesekan dengan aksur atau kursi roda.
Tekanan dari berat tubuh bisa memotong suplai darah ke kulit dan melukai sel-sel jaringan. Hal ini bisa membuat kulit memerah atau sedikit berubah warna.
Jika tekanan tidak segera berkurang, kulit bisa rusak dan terbentuk jaringan mati atau nekrosis.
Umumnya, ulkus dekubitus berkembang pada kulit yang menutupi area tulang tubuh seperti:
Baca juga: Infeksi Rotavirus
Individu dengan mobilitas terbatas dan yang tetap duduk atau berbaring dalam waktu yang lama dengan posisi yang sama rentan mengalami ulkus dekubitus.
Orang yang lebih tua dengan kulit yang lebih rapuh juga berisiko. Faktor risiko lainnya termasuk:
Tanda awal ulkus dekubitus yang harus diwaspadai antara lain:
Baca juga: Kista Pilonidal
Ulkus dekubitus terjadi secara bertahap. Berikut tahap perkembangan penyakit ulkus dekubitus:
Pada tahap ini, kulit hanya mengalami perubahan warna. Area kulit yang terdampan biasanya aan memerah. Selain itu, kulit juga terlihat bengkak, gatal, dan terasa hangat saat disentuh.
Di tahap ini. kulit mulai menunjukan luka yang dapat mengeluarkan nanah. Luka juga mungkin terlihat seperti lepuh berisi cairan.
Hal ini bisa mempengaruhi lapisan kulit pertama (epidermis) dan lapisan kedua (dermis). Luka juga terasa sakit, dan kulit di sekitarnya mungkin berubah warna.
Luka terbentuk jauh lebih dalam di dalam kulit, mempengaruhi lapisan lemak.
Luka terlihat seperti kawah dan mungkin berbau busuk.
Di tahap ini, luka yang terbentuk sangat dalam dan mempengaruhi banyak lapisan jaringan, termasuk tulang.
Luka juga menyebabkan banyak jaringan mati dan nanah. Di tahap ini,kemungkinan besar kulit telah terinfeksi sehingga otot, tulang, tendon, dan sendi mulai terlihat.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.