KOMPAS.com - Gangguan fungsi organ hati akibat penyakit atau kondisi lain akan menyebabkan terjadinya penumpukan zat-zat racun dari dalam tubuh.
Hal ini dikarenakan hati tidak lagi mampu untuk menghancurkan racun atau zat berbahaya sehingga zat-zat berbahaya tersebut akan terkumpul di dalam aliran darah.
Penumpukan racun di dalam aliran darah dapat menyebar hingga ke otak yang akan menyebabkan gangguan fungsi otak, yaitu ensefalopati hepatik.
Baca juga: Ensefalopati
Ensefalopati hepatik merupakan penurunan fungsi otak yang terjadi ketika hati tidak lagi mampu mengeluarkan zat-zat racun dari dalam tubuh akibat penyakit hati.
Ensefalopati hepatik dapat terjadi secara perlahan seiring berjalannya waktu ataupun berkembang dengan cepat.
Kondisi ini menyebabkan gangguan kognitif, seperti perubahan kepribadian, gangguan intelektual, gangguan memori, bahkan hilangnya kesadaran atau koma.
Menurut American Liver Foundation, ensefalopati hepatik memiliki lima stadium atau derajat keparahan, yaitu:
Baca juga: Mengenal Gejala Ensefalitis, Peradangan Akut pada Otak
Melansir American Liver Foundation, gejala ensefalopati hepatik tergantung pada stadium sehingga setiap penderita dapat merasakan gejala yang berbeda.
Pada kasus yang ringan hingga sedang, kondisi ini dapat memengaruhi perubahan mental dan fisik, seperti:
Sedangkan pada kasus yang lebih parah, kondisi ini akan menimbulkan beberapa gejala berikut:
Baca juga: Ensefalitis Virus
Namun, pada kasus yang paling parah kondisi ini dapat menyebabkan penderitanya mengalami penurunan kesadaran dan sulit dibangunkan atau koma.
Merangkum WebMD dan Healthline, penyebab ensefalopati hepatik belum diketahui secara pasti.
Namun, kondisi ini umumnya dipicu oleh penumpukan zat racun di dalam aliran darah yang dapat terjadi akibat fungsi hati yang terganggu.
Terganggunya fungsi hati menyebabkan hati tidak dapat menyaring semua zat racun sehingga zat racun tersebut menumpuk di dalam aliran darah.
Pada akhirnya, penumpukan zat racun akan menyebabkan kerusakan pada organ dan saraf yang lain.
Baca juga: 11 Makanan yang Baik untuk Kesehatan Hati
Beberapa kondisi yang dapat menyebabkan ensefalopati hepatik, yaitu:
Dirangkum dari WebMD dan Cleveland Clinic, terdapat beberapa kondisi yang meningkatkan risiko seseorang mengalami ensefalopati hepatik, seperti:
Baca juga: Memahami Kaitan Kolesterol Tinggi dan Kesehatan Hati
Dilansir dari Healthline, beberapa pemeriksaan yang dapat dilakukan untuk mendiagnosis ensefalopati hepatik adalah:
Dokter akan melakukan pemeriksaan hitung darah lengkap untuk mengukur jumlah sel-sel darah secara lengkap, meliputi sel darah merah, sel darah putih, dan trombosit.
Jumlah sel darah merah yang rendah menunjukkan bahwa penderita mengalami anemia (kurang darah) atau kadar oksigen dalam darah rendah.
Selain itu, tes darah juga dilakukan untuk mengukur kadar natrium, kalium, dan amonia dalam darah yang menjadi tanda dari gangguan fungsi hati.
Pemeriksaan radiologi, seperti CT scan atau MRI dapat dilakukan untuk memeriksa kondisi kepala secara keseluruhan.
Pemeriksaan radiologi juga diperlukan untuk mendeteksi beberapa kondisi berikut:
Merupakan tes darah yang digunakan untuk menilai kondisi kesehatan organ hati dengan mengukur kadar enzim.
Kadar enzim yang meningkat dapat menunjukkan bahwa terjadi kerusakan atau gangguan fungsi hati.
Baca juga: 4 Tanda Awal Penyakit Hati yang Disebabkan oleh Alkohol
Merangkum WebMD dan Cleveland Clinic, penanganan ensefalopati hepatik cukup bervariasi karena disesuaikan dengan gejala dan kondisi penderita secara keseluruhan.
Beberapa metode penanganan yang dapat diberikan, meliputi:
Terdapat dua jenis obat yang dapat mengurangi zat beracun dari dalam tubuh penderita, yaitu:
Selain memberikan obat-obatan, dokter mungkin juga akan merekomendasikan perubahan gaya hidup untuk meredakan gejala yang dirasakan penderita, seperti:
Mengutip Healthline, beberapa komplikasi yang dapat terjadi akibat ensefalopati hepatik meliputi:
Baca juga: 10 Gejala Penyakit Hati yang Perlu Diwaspadai
Dirangkum dari Healthline dan ClevelandClinic, beberapa cara yang dapat dilakukan untuk mencegah penyakit ini, antara lain:
Artikel ini tidak diperuntukkan untuk melakukan self diagnosis. Harap selalu melakukan konsultasi dengan dokter untuk mendapatkan pemeriksaan dan penanganan yang tepat.