Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Efek Gegar Otak yang Bisa Dialami Marc Marquez

Kompas.com - 21/03/2022, 12:00 WIB
Shintaloka Pradita Sicca

Penulis

KOMPAS.com - Marc Marquez, pebalap MotoGP dari tim Repsol Honda jatuh saat sesi pemanasan di sirkuti Mandalika pada Minggu (20/3/2022) dan dinyatakan alami gegar otak.

Mengutip Cleveland Clinic, gegar otak adalah cedera otak trumatis (TBI) ringan yang bisa disebabkan oleh benturan, guncangan keras, atau pukulan pada kepala.

Gegar otak biasanya tidak separah seperti bentuk TBI lainnya dan gejalanya tidak mengancam nyawa.

Namun, efek gegar otak bisa juga fatal yang berlangsung selama berminggu-minggu atau bahkan lebih lama.

Berikut sejumlah efek gegar otak yang bisa dialami oleh Marc Marquez:

Baca juga: Gegar Otak

Efek jangka pendek

Mengutip Verywell Health, efek gegar otak secara umum bisa muncul beberapa menit hingga beberapa jam setelah insiden.

Secara umum, efek umum dari gegar otak bertahan sekitar 2-3 minggu.

Gejala jangka pendek ini meliputi:

  • Sakit kepala
  • Mual dan muntah
  • Penurunan kesadaran
  • Kesulitan menyeimbangkan diri dan tetap tegak
  • Penglihatan kabur atau ganda
  • Telinga berdenging
  • Mata sensitif terhadap cahaya
  • Mudah lelah
  • Perubahan pola tidur (tidur lebih banyak atau lebih sedikit dari biasanya atau tidak bisa tidur).

Selain itu, gegar otak sering disertai dengan gejala neurologis dan psikologis, seperti:

  • Kebingungan
  • Kesulitan berkonsentrasi atau memahami sesuatu
  • Depresi dan merasa sedih
  • Sensitif (iritabilitas), gugup, dan cemas
  • Kehilangan memori, pelupa, sulit memperhatikan.

Baca juga: Cara Mencegah Lumpuh Otak pada Anak Sejak dalam Kandungan

Efek jangka panjang

Mengutip Verywell Health, efek gegar otak jangka panjang biasnya berlangsung setelah efek jangka pendek (gejala awal) muncul.

Seseorang lebih berisiko mengalami efek gegar otak jangka panjang ketika ia pernah mengalami gegar otak atau jenis TBI lain di masa lalu.

Berikut komplikasi atau efek gegar otak jangka panjang tersebut:

1. Sindrom pasca-gegar otak

Mengutip Verywell Health, efek gegar otak jangka panjang yang fatal bertahan lebih dari 3 minggu, yang secara klinis dikenal sebagai sindrom pascagegar otak (Post-Concussion Syndrome/PCS).

PCS terjadi pada sekitar 10-25 persen dari semua kasus gegar otak.

PCS adalah hasil dari:

  • Peradangan
  • Aliran darah yang berubah
  • Struktur sel otak yang terganggu karena cederanya.

Baca juga: Apa Itu Penuaan Otak?

Mengutip Cleveland Clinic, gejala sindrom pascagegar otak bisa meliputi:

  • Pusing atau pandangan berputar
  • Sakit kepala
  • Mengalami masalah memori dan konsentrasi
  • Perubahan suasana hati mudah berubah
  • Depresi
  • Mudah cemas
  • Lekas marah
  • Perubahan kepribadian
  • Insomnia (tidak bisa tidur)
  • Mengantuk yang berlebihan.

Jika gejala tersebut bertahan lebih dari 3 bulan, artinya itu adalah gejala pasca-gegar otak yang persisten.

Baca juga: 8 Nutrisi Penting untuk Mendukung Perkembangan Otak Janin

2. Cedera otak struktural

Mengutip Cleveland Clinic, cedera otak struktural dapat terjadi sebagai efek gegar otak berulang.

Ensefalopati traumatis kronis (Chronic traumatic encephalopathy/CTE) adalah salah satu contoh kondisi dari cedera otak struktural yang mengganggu kesadaran penderitanya.

Mengutip Mayo Clinic, ensefalopati traumatis kronis adalah istilah yang digunakan untuk menggambarkan degenerasi otak yang kemungkinan disebabkan oleh trauma kepala berulang.

Penyakit ini memicu seseorang untuk melakukan bunuh diri.

CTE didiagnosis hanya dengan mempelajari bagian otak melalui otopsi.

CTE adalah kelainan langka yang belum dipahami dengan baik.

Baca juga: 3 Cara Mengatasi Penggumpalan Darah di Otak

3. Risiko kecemasan dan depresi

Mengutip Cleveland Clinic, pada tahap komplikasi risiko kecemasan dan depresi akan lebih tinggi, terutama jika orang tersebut telah mengalami beberapa kali gegar otak.

4. Demensia

Mengutip Cleveland Clinic, demensia adalah istilah umum yang mewakili sekelompok penyakit yang memengaruhi pemikiran, ingatan, penalaran, kepribadian, suasana hati, dan perilaku seseorang.

Penurunan fungsi mental ini akan mengganggu kehidupan dan aktivitas seseorang sehari-hari.

Orang yang telah mengalami gegar otak, seperti Marc Marquez, bisa mengalami demensia bertahun-tahun kemudian setelah insiden.

Gejala demensia meliputi:

  • Sakit kepala
  • Kehilangan ingatan
  • Perubahan perilaku atau suasana hati
  • Bicara tidak jelas.

Baca juga: Penyebab dan Faktor Risiko Lumpuh Otak pada Anak

Apakah seorang atlet bisa dengan cepat kembali bermain setelah mengalami gegar otak?

Mengutip Mayo Clinic, para ahli merekomendasikan bahwa seorang atlet dengan gegar otak tidak bisa kembali ke aktivitas olahraganya terlalu cepat, selama masih menunjukkan gejala.

Mengutip Cleveland Clinic, kembali ke aktivitas olahraga terlalu cepat dapat berisiko penderita gegar otak mengalami gegar otak kedua.

Gegar otak berulang yang terjadi sebelum otak pulih dari yang pertama disebut sindrom dampak kedua (second impact syndrome).

Penderita gegar otak yang mengalami sindrom dampak kedua akan menghadapi:

  • Gejala gegar otak berlangsung lebih lama
  • Pemulihan kondisi secara keseluruhan yang lebih lambat
  • Meningkatkan masalah jangka panjang atau permanen.

Sehingga, Marc Marquez yang seorang atlet otomotif ini pun tidak akan bisa kembali ke sirkuit balap dalam waktu cepat.

Kembali ke kompetisi tanpa sepenuhnya pulih dari gegar otak dan mengalami insiden lagi dapat mengakibatkan seorang atlet mengalami pendarahan otak atau bahkan kematian.

Baca juga: Jenis Cacat Otak Bawaan pada Bayi yang Perlu Diwaspadai

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com