Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - 30/08/2021, 17:00 WIB
Xena Olivia,
Resa Eka Ayu Sartika

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Gegar otak merupakan cedera otak traumatik yang dapat memengaruhi fungsi otak.

Gegar otak biasanya disebabkan oleh benturan, pukulan, atau sentakan pada kepala. Kondisi ini dapat berlangsung selama beberapa hari hingga minggu.

Biasanya, terdapat efek sementara akibat gegar otak yang meliputi sakit kepala dan masalah terkait konsentrasi, memori, keseimbangan, dan koordinasi.

Baca juga: Cedera Kepala: Jenis, Penyebab, Gejala hingga Cara Mengatasinya

Bahkan, dalam beberapa kasus dapat menyebabkan Anda kehilangan kesadaran.

Umumnya, orang yang terkena gegar otak membutuhkan perawatan darurat dan beberapa dapat memiliki masalah yang sifatnya lebih lama.

Gejala

Tanda-tanda gegar otak biasanya timbul dalam beberapa menit hingga jam setelah kepala cedera.

Namun, terdapat juga kondisi di mana gejala tersebut tidak muncul selama beberapa hari. Penting untuk mewaspadai kondisi seseorang setelah mengalami cedera kepala.

Gejala pada orang dewasa

Gejala yang menandakan gegar otak, antara lain:

  • sakit kepala atau terasa ‘tertekan’ di kepala
  • mual atau muntah
  • hilang ingatan akan kejadian sebelum atau sesudah cedera
  • canggung atau masalah dengan keseimbangan
  • linglung atau bingung
  • perubahan perilaku, seperti mudah tersinggung atau suasana hati berubah-ubah
  • penglihatan kabur atau berkunang
  • sulit untuk terjaga
  • ukuran pupil yang tidak seimbang

Baca juga: Sakit Kepala Saat Olahraga: Penyebab dan Cara Mengatasi

Gejala pada anak

Gejala gegar otak pada anak akan lebih sulit untuk diketahui pada bayi dan anak kecil. Pastikan untuk mengawasi perilaku mereka setelah mengalami cedera kepala, seperti:

  • menangis terus-terusan
  • perubahan pola makan dan tidur
  • kehilangan minat berinteraksi atau bermain

Gegar otak biasanya tidak sampai menyebabkan kerusakan otak permanen.

Meskipun sebagian besar bayi dan anak bisa sembuh dari gegar otak, tetap penting untuk mendapatkan perawatan medis. Terutama, jika mereka sampai tidak sadarkan diri.

Penyebab

Jaringan otak bersifat lembut, terdiri dari konsistensi gelatin yang melindungi otak dari goncangan dan benturan sehari-hari berkat adanya cairan serebrospinal dalam tengkorak.

Pukulan keras ke arah kepala dan leher, atau tubuh bagian atas dapat menyebabkan otak meluncur maju-mundur ke dinding bagian dalam tengkorak Anda.

Akselerasi atau deselerasi kepala yang terjadi secara tiba-tiba, seperti tabrakan mobil atau terguncang keras bisa menjadi penyebab dari cedera otak.

Cedera seperti itu dapat menyebabkan adanya pendarahan di dalam atau sekitar otak Anda, menyebabkan gejala seperti rasa kantuk dan kebingungan yang berkepanjangan.

Gejala seperti ini dapat berkembang secara langsung atau lambat.

Baca juga: Kenali Perbedaan Sakit Kepala Gejala Tumor Otak dan Penyakit Lainnya

Kecelakaan lalu lintas, terbentur, atau cedera akibat berolahraga merupakan penyebab paling umum dari gegar otak.

Di antara anak-anak, gegar otak bisa terjadi di tempat bermain, mengendarai sepeda, bergulat, atau sepak bola.

Tipe

Terdapat tiga macam gegar otak yang diklasifikasikan berdasarkan adanya tanda-tanda kehilangan kesadaran, amnesia, dan kehilangan keseimbangan.

  • Grade 1: Bersifat ringan, gejala berlangsung kurang dari 15 menit dan tidak melibatkan kehilangan kesadaran
  • Grade 2: Bersifat sedang, gejala berlangsung lebih dari 15 menit dan tidak melibatkan kehilangan kesadaran
  • Grade 3: Bersifat parah, di mana penderita hilang kesadaran, meski hanya beberapa detik

Diagnosis

Dokter akan bertanya soal kejadian yang menyebabkan cedera kepala serta gejala yang dialami. Setelah itu, tes neurologis yang meliputi:

  • fungsi neurologis dan refleks
  • penglihatan, gerakan mata, reaksi terhadap cahaya
  • keseimbangan dan koordinasi
  • pendengaran
  • kekuatan
  • gerakan dan kondisi otot leher

Baca juga: Kapan Sakit Kepala Harus Diwaspadai?

Selain itu, dokter juga mungkin akan melakukan tes lisan, tertulis, atau terkomputerisasi dapat digunakan untuk memeriksa:

  • kemampuan berpikir
  • keterampilan memecahkan masalah
  • memori dan konsentrasi

Tidak semua kasus gegar otak memerlukan pencitraan dengan CT Scan atau MRI dalam evaluasi awal.

Hal ini disebabkan karena sebagian besar efek gegar otak tidak terlihat pada pencitraan tersebut.

Pun demikian, tidak menutup kemungkinan dokter melakukan tes pencitraan jika ada kemungkinan lain yang lebih serius, seperti pendarahan di dalam tengkorak, pembengkakan otak, cedera tulang belakang, atau cedera tulang belakang leher jika gejalanya memburuk.

Perawatan

Jika seseorang didiagnosis dengan gegar otak di rumah sakit, mereka akan baru boleh pulang setelah dipastikan tidak mengalami kondisi cedera otak serius lainnya.

Anak-anak biasanya membutuhkan waktu lebih lama untuk merasa lebih baik, sementara dewasa biasanya hanya membutuhkan beberapa hari atau minggu.

Baca juga: Cara Menyikapi Korban Kecelakaan di Tengah Pandemi Covid-19

Berikut beberapa hal yang dapat dilakukan untuk merasa lebih baik.

  • Banyak istirahat dan menghindari situasi stres
  • Meminta seseorang untuk mengawasi Anda selama 48 jam pertama untuk memantau perubahan perilaku seperti sulit berkonsentrasi atau memahami sesuatu
  • Minum parasetamol atau ibuprofen jika merasa sakit kepala, hindari aspirin karena dapat membuat cedera Anda berdarah
  • Hindari alkohol
  • Tingkatkan aktivitas secara bertahap saat merasa lebih baik, seperti kerja, sekolah, mengemudi, dan sebagainya
  • Bicaralah dengan dokter umum jika gejala masih timbul setelah dua minggu atau Anda masih merasa tidak fit untuk kembali beraktivitas seperti bekerja atau olahraga
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Artikel ini tidak diperuntukkan untuk melakukan self diagnosis. Harap selalu melakukan konsultasi dengan dokter untuk mendapatkan pemeriksaan dan penanganan yang tepat.

Video rekomendasi
Video lainnya

Indeks Penyakit


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com