KOMPAS.com - Gegar otak merupakan cedera otak traumatik yang dapat memengaruhi fungsi otak.
Gegar otak biasanya disebabkan oleh benturan, pukulan, atau sentakan pada kepala. Kondisi ini dapat berlangsung selama beberapa hari hingga minggu.
Biasanya, terdapat efek sementara akibat gegar otak yang meliputi sakit kepala dan masalah terkait konsentrasi, memori, keseimbangan, dan koordinasi.
Baca juga: Cedera Kepala: Jenis, Penyebab, Gejala hingga Cara Mengatasinya
Bahkan, dalam beberapa kasus dapat menyebabkan Anda kehilangan kesadaran.
Umumnya, orang yang terkena gegar otak membutuhkan perawatan darurat dan beberapa dapat memiliki masalah yang sifatnya lebih lama.
Tanda-tanda gegar otak biasanya timbul dalam beberapa menit hingga jam setelah kepala cedera.
Namun, terdapat juga kondisi di mana gejala tersebut tidak muncul selama beberapa hari. Penting untuk mewaspadai kondisi seseorang setelah mengalami cedera kepala.
Gejala pada orang dewasa
Gejala yang menandakan gegar otak, antara lain:
Baca juga: Sakit Kepala Saat Olahraga: Penyebab dan Cara Mengatasi
Gejala pada anak
Gejala gegar otak pada anak akan lebih sulit untuk diketahui pada bayi dan anak kecil. Pastikan untuk mengawasi perilaku mereka setelah mengalami cedera kepala, seperti:
Gegar otak biasanya tidak sampai menyebabkan kerusakan otak permanen.
Meskipun sebagian besar bayi dan anak bisa sembuh dari gegar otak, tetap penting untuk mendapatkan perawatan medis. Terutama, jika mereka sampai tidak sadarkan diri.
Jaringan otak bersifat lembut, terdiri dari konsistensi gelatin yang melindungi otak dari goncangan dan benturan sehari-hari berkat adanya cairan serebrospinal dalam tengkorak.
Pukulan keras ke arah kepala dan leher, atau tubuh bagian atas dapat menyebabkan otak meluncur maju-mundur ke dinding bagian dalam tengkorak Anda.
Akselerasi atau deselerasi kepala yang terjadi secara tiba-tiba, seperti tabrakan mobil atau terguncang keras bisa menjadi penyebab dari cedera otak.
Cedera seperti itu dapat menyebabkan adanya pendarahan di dalam atau sekitar otak Anda, menyebabkan gejala seperti rasa kantuk dan kebingungan yang berkepanjangan.
Gejala seperti ini dapat berkembang secara langsung atau lambat.
Baca juga: Kenali Perbedaan Sakit Kepala Gejala Tumor Otak dan Penyakit Lainnya
Kecelakaan lalu lintas, terbentur, atau cedera akibat berolahraga merupakan penyebab paling umum dari gegar otak.
Di antara anak-anak, gegar otak bisa terjadi di tempat bermain, mengendarai sepeda, bergulat, atau sepak bola.
Terdapat tiga macam gegar otak yang diklasifikasikan berdasarkan adanya tanda-tanda kehilangan kesadaran, amnesia, dan kehilangan keseimbangan.
Dokter akan bertanya soal kejadian yang menyebabkan cedera kepala serta gejala yang dialami. Setelah itu, tes neurologis yang meliputi:
Baca juga: Kapan Sakit Kepala Harus Diwaspadai?
Selain itu, dokter juga mungkin akan melakukan tes lisan, tertulis, atau terkomputerisasi dapat digunakan untuk memeriksa:
Tidak semua kasus gegar otak memerlukan pencitraan dengan CT Scan atau MRI dalam evaluasi awal.
Hal ini disebabkan karena sebagian besar efek gegar otak tidak terlihat pada pencitraan tersebut.
Pun demikian, tidak menutup kemungkinan dokter melakukan tes pencitraan jika ada kemungkinan lain yang lebih serius, seperti pendarahan di dalam tengkorak, pembengkakan otak, cedera tulang belakang, atau cedera tulang belakang leher jika gejalanya memburuk.
Jika seseorang didiagnosis dengan gegar otak di rumah sakit, mereka akan baru boleh pulang setelah dipastikan tidak mengalami kondisi cedera otak serius lainnya.
Anak-anak biasanya membutuhkan waktu lebih lama untuk merasa lebih baik, sementara dewasa biasanya hanya membutuhkan beberapa hari atau minggu.
Baca juga: Cara Menyikapi Korban Kecelakaan di Tengah Pandemi Covid-19
Berikut beberapa hal yang dapat dilakukan untuk merasa lebih baik.
Artikel ini tidak diperuntukkan untuk melakukan self diagnosis. Harap selalu melakukan konsultasi dengan dokter untuk mendapatkan pemeriksaan dan penanganan yang tepat.