Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - 06/04/2022, 20:30 WIB
Shintaloka Pradita Sicca

Penulis

Daftar Isi
Buka

KOMPAS.com - Sebagian makanan atau minuman manis terutama yang terbuat dari pemanis buatan berisiko memicu kanker.

Mengutip Healthline, pemanis buatan (artificial sweeteners) adalah bahan kimia yang ditambahkan ke beberapa makanan dan minuman untuk membuatnya terasa manis.

Berbeda dengan gula alami, pemanis buatan memiliki rasa yang cenderung lebih manis.

Baca juga: Sering Dijadikan Pemanis Buatan, Ini Bahaya Sirup Jagung

Beberapa jenis pemanis buatan umum digunakan, meliputi:

  • Sakarin: 700 kali lebih manis dari gula meja.
  • Aspartam: 200 kali lebih manis dari gula meja.
  • Kalsium asesulfam (ace-K): 200 kali lebih manis dari gula meja.
  • Sukralosa: 600 kali lebih manis dari gula meja.
  • Siklamat: 50 kali lebih manis dari gula meja.
  • Advantame: 20.000 kali lebih manis dari gula meja

Mengutip Medical News Today, sebuah studi observasional belum lama ini menemukan hubungan antara munculnya kanker dengan kebiasaan mengkonsumsi pemanis buatan, seperti aspartam dan acesulfame-K.

Studi tersebut menemukan adanya risiko kanker 13 persen lebih besar pada orang yang suka mengkonsumsi pemanis buatan dalam jumlah besar.

Studi melihat peningkatkan risiko khusunya pada:

  • Kanker payudara
  • Kanker yang berhubungan dengan obesitas, meliputi kanker kolorektal dan prostat.

Studi ini ditulis oleh para peneliti yang terkait dengan Nutritional Epidemiology Research Team (EREN) di Perancis.

Baca juga: 3 Pemanis Alternatif Pengganti Gula

Para peneliti menganalisis sejarah 102.865 orang dewasa sebagai partisipan dalam penelitian NutriNet-Sante yang sedang berlangsung dari tahap mengumpulkan data pada 2009.

Menurut kesimpulan awal penelitian tersebut, orang yang mengkonsumsi pemanis buatan lebih tinggi di atas rata-rata 18 mg/hari memiliki risiko kanker yang meningkat signifikan.

Investigator senior dan direktur EREN, Dr Mathilde Touvier mengatakan bahwa penelitian menganalisis semua jenis pemanis buatan.

Namun, dibandingkan jenis pemanis buatan lainnya, aspartam dan acesulfame-K lebih dikhawatirkan.

"Perlu dicatat bahwa aspartam dan acesulfame-K sejauh ini merupakan pemanis buatan yang paling sering dikonsumsi," kata Touvier.

Penulis utama studi Charlotte Debras mengatakan beberapa penelitian observasional sebelumnya telah menyelidiki hubungan antara risiko kanker dan minuman pemanis buatan dan menemukan peningkatakan risiko kanker.

Selain itu, temuan sebelumnya pada model hewan dan studi in vitro/in vivo juga menunjukkan terjadinya karsinognisis efek mengkonsumsi pemanis buatan yang tinggi.

Baca juga: Mengenal Gula Stevia, Pemanis Alami dengan Berbagai Manfaat Kesehatan

Risiko lainnya

Mengutip Eat This, sejumlah penelitian telah menemukan bahwa pemanis buatan terkait dengan risiko kesehatan lainnya, meliputi:

Pemanis buatan dapat mempengaruhi otak

"Ketika Anda mengkonsumsi pemanis buatan, beberapa data menunjukkan bahwa pemanis buatan melintasi penghalang darah-otak dan mengganggu fungsi hipokampus," kata ahli endokrinologi, Rocio Salas-Whalen.

Pemanis buatan merusak kepekaan terhadap sinyal interseptif, yang dengan demikian meningkatkan nafsu makan.

Pemanis buatan mempengaruhi kesehatan usus

Beberapa penelitian telah menunjukkan bahwa pemanis buatan mempengaruhi mikrobiota usus normal.

Salas-Whalen mengatakan hal tersebut dapat menyebabkan obesitas dan sindrom metabolik.

Sindrom metabolik mengacu pada sekelompok kondisi medis, termasuk tekanan darah tinggi, gula darah tinggi, kelebihan lemak perut, dan kadar kolesterol abnormal.

Kondisi tersebut meningkatkan risiko penyakit kronis, seperti stroke, penyakit jantung, dan diabetes tipe 2.

Meningkatkan risiko diabetes

Menurut studi terbatu di Physiology & Behavior, konsumsi pemanis buatan mengubah mikrobiota usus dan dikaitkan dengan gangguan toleransi glukosa.

Gangguan toleransi glukosa meningkatkan gula darah dan meningkatkan risiko diabetes.

Baca juga: 18 Makanan Penurun Gula Darah untuk Mengatasi Diabetes

 

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.


Terkini Lainnya
Menurut Dokter Ini Tanda Stres Sudah Butuh Bantuan Ahli
Menurut Dokter Ini Tanda Stres Sudah Butuh Bantuan Ahli
Health
Waspada Covid-19, Jemaah Haji Diimbau Terapkan Prokes Saat Tiba di Indonesia
Waspada Covid-19, Jemaah Haji Diimbau Terapkan Prokes Saat Tiba di Indonesia
Health
Apakah Stres Berbahaya? Ini Penjelasan Dokter…
Apakah Stres Berbahaya? Ini Penjelasan Dokter…
Health
Ibu Hamil Usia Anak di Lombok Timur Capai 779 Ribu pada 2024
Ibu Hamil Usia Anak di Lombok Timur Capai 779 Ribu pada 2024
Health
Wabah Mpox Melonjak di Sierra Leone: Status Darurat Kesehatan Global Ditetapkan
Wabah Mpox Melonjak di Sierra Leone: Status Darurat Kesehatan Global Ditetapkan
Health
Waspadai Efek Minum Air Putih Secara Berlebihan pada Ginjal, Ini Kata Dokter
Waspadai Efek Minum Air Putih Secara Berlebihan pada Ginjal, Ini Kata Dokter
Health
Gustiwiw Meninggal Dunia, Ini Beberapa Penyebab Jatuh di Kamar Mandi
Gustiwiw Meninggal Dunia, Ini Beberapa Penyebab Jatuh di Kamar Mandi
Health
Gustiwiw Meninggal Dunia, Ini Pertolongan Pertama Saat Terjatuh di Kamar Mandi
Gustiwiw Meninggal Dunia, Ini Pertolongan Pertama Saat Terjatuh di Kamar Mandi
Health
Gustiwiw Meninggal Dunia Akibat Jatuh di Kamar Mandi, Ini 6 Cara Mencegah Kejadian Serupa
Gustiwiw Meninggal Dunia Akibat Jatuh di Kamar Mandi, Ini 6 Cara Mencegah Kejadian Serupa
Health
Jamur Hitam di Rumah Bisa Picu Masalah Pernapasan Serius, Ini Faktanya
Jamur Hitam di Rumah Bisa Picu Masalah Pernapasan Serius, Ini Faktanya
Health
WCTC 2025 dan Paradoks Pengendalian Tembakau di Indonesia
WCTC 2025 dan Paradoks Pengendalian Tembakau di Indonesia
Health
Terlalu Banyak Minum Air Bisa Rusak Ginjal, Ini Kata Dokter...
Terlalu Banyak Minum Air Bisa Rusak Ginjal, Ini Kata Dokter...
Health
Olahraga Rutin Sejak Muda Turunkan Risiko Tekanan Darah Tinggi di Usia 60 Tahun
Olahraga Rutin Sejak Muda Turunkan Risiko Tekanan Darah Tinggi di Usia 60 Tahun
Health
Kemenkes Sebut Banyak Perempuan Indonesia Alami Obesitas Sentral, Apa Itu?
Kemenkes Sebut Banyak Perempuan Indonesia Alami Obesitas Sentral, Apa Itu?
Health
Dari Cek Kesehatan Gratis Ditemukan 50 Persen Perempuan Alami Obesitas Sentral
Dari Cek Kesehatan Gratis Ditemukan 50 Persen Perempuan Alami Obesitas Sentral
Health
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar di Artikel Lainnya
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau