Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

8 Dampak Perubahan Iklim terhadap Kesehatan

Kompas.com - Diperbarui 22/04/2023, 18:55 WIB
Mahardini Nur Afifah

Penulis

KOMPAS.comPerubahan iklim yang kian kentara beberapa waktu terakhir ternyata berdampak pada kesehatan manusia.

Kenaikan suhu, polusi udara, sampai beragam bencana alam akibat perubahan iklim dapat memengaruhi kesehatan kita secara signifikan.

Menurut Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), perubahan iklim bisa berdampak pada kesehatan karena memicu cuaca ekstrem.

Kondisi ini dapat memicu gelombang panas, musim hujan berkepanjangan, badai, banjir, sampai mengganggu ketersediaan pangan.

Baca juga: DBD Merebak Dampak Perubahan Iklim, Kok Bisa?

Selain itu, perubahan iklim secara tak langsung dapat memengaruhi mata pencaharian sampai akses kesehatan seseorang.

Berikut penjelasan lebih lanjut dampak perubahan iklim pada kesehatan yang perlu diwaspadai.

Dampak perubahan iklim terhadap kesehatan

Perubahan iklim dapat menyebabkan beberapa dampak negatif terhadap kesehatan, di antaranya:

  • Infeksi kuman

Menurut Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan, perubahan iklim di Indonesia bisa menyebabkan musim kemarau berkepanjangan.

Saat musim kemarau panjang, kelembapan udara relatif tinggi. Kondisi ini sangat ideal bagi bakteri, virus, jamur, dan parasit untuk berkembang biak.

Tak pelak, penyakit yang berhubungan dengan infeksi bakteri sampai infeksi jamur semakin marak.

  • Alergi

Udara yang lebih hangat karena perubahan iklim juga bisa merangsang penyerbukan bunga.

Semakin banyak penyerbukan bunga terjadi, serbuk sari yang menguar ke udara juga semakin meningkat.

Kondisi ini bisa jadi penyebab alergi sering kambuh bagi orang yang sebelumnya punya riwayat serbuk sari.

  • Kulit terbakar matahari

Perubahan Iklim bisa membuat cuaca ekstrim yang sulit ditebak. Salah satu wilayah bisa hujanterus-menerus disertai angin kencang dan menyebabkan banjir.

Sementara itu, wilayah lainnya terjadi kemarau berkepanjangan sampai membuat sawah, ladang, dan sumber air mengering.

Peningkatkan suhu ekstrem disertai paparan sinar berlebihan tak jarang juga meningkatkan kejadian kulit terbakar matahari (sun burning).

Baca juga: 10 Virus Paling Mematikan di Dunia Sepanjang Sejarah Peradaban Manusia

  • Demam berdarah dengue dan malaria

Perubahan iklim yang berdampak pada cuaca ekstrim bisa menyebabkan peningkatan intensitas hujan disertai angin kencang dan banjir.

Kondisi ini bisa menyebabkan lingkungan jadi tempat ideal untuk nyamuk berkembang biak, termasuk nyamuk penyebab demam berdarah dengue (DBD) dan malaria.

Dengan kondisi perubahan iklim ini, wabah penyakit malaria dan DBD semakin banyak.

  • Infeksi saluran pernapasan akut dan pneumonia

Infeksi saluran pernapasan akut (ISPA) adalah penyakit infeksi yang menyerang saluran napas, mulai dari hidung sampai alveoli paru-paru. ISPA yang berkepanjangan dapat berkembang menjadi pneumonia.

Peningkatan suhu bumi secara global karena perubahan iklim dapat menyebabkan kebakaran semak dan hutan.

Kondisi ini dapat memicu bencana asap dan meningkatkan risiko penyakit ISPA sampai pneumonia.

  • Tuberkulosis (TBC)

Tuberkulosis atau TBC adalah penyakit yang disebabkan infeksi bakteri Mycobacterium tuberculosis.

Dilansir dari buku Dampak Perubahan Iklim Sektor Kesehatan Berbasis Bukti di Indonesia, perubahan iklim bisa membuat suhu rendah, kelembapan udara menurun, dan lebih berangin.

Kondisi ini secara langsung dan tidak langsung dapat meningkatkan risiko penularan TBC.

Baca juga: 7 Penyakit Menular yang Rawan Menyerang di Musim Banjir

  • Diare

Diare adalah penyakit gangguan pencernaan yang disebabkan infeksi bakteri, virus, dan parasit. Kebanyakan penyebab diare berasal dari infeksi rotavirus dan Escherichia coli.

Perubahan iklim yang berdampak pada banjir dan kekeringan sama-sama bisa menyebabkan diare.

Kebersihan lingkungan yang menurun dan minimnya ketersediaan air bersih saat banjir membuat orang lebih rentan terkena diare.

Sementara itu, kekeringan bisa menyebabkan kelangkaan air bersih dan membuat konsentrasi patogen atau kuman seperti biang diare meningkat.

  • Penurunan gizi balita

Anak balita membutuhkan gizi yang memadai agar tumbuh kembangnya optimal.

Tanpa gizi cukup, balita bisa mengalami stunting, wasting, dan underweight.

Dampak perubahan iklim bisa memengaruhi kesehatan anak-anak secara tidak langsung.

Hal ini disebabkan mata pencaharian orangtua dan ketersediaan pangan terganggu bencana kekeringan atau banjir.

Ketika sumber mata pencaharian orangtua balita terganggu, praktis kualitas gizi anak-anak menurun.

Selain itu, tingginya kejadian penyakit menular seperti diare, malaria, atau DBD juga bisa membuat anak terkena penyakit ini. Dampaknya, anak balita rawan terkena stunting.

Baca juga: Antisipasi Pandemi Penyakit Zoonosis, G20 Perkuat Komitmen One Health

Kelompok paling merasakan dampak kesehatan perubahan iklim

Dari sederet dampak perubahan iklim terhadap kesehatan di atas, terdapat beberapa kelompok rentan yang paling merasakan imbas kondisi ini, di antaranya

  • Perempuan
  • Anak-anak
  • Etnis minoritas
  • Masyarakat berpenghasilan rendah
  • Pengungsi
  • Kalangan lansia
  • Penderita penyakit kronis

Dampak perubahan iklim tak hanya memengaruhi cuaca dan lingkungan saja. Bidang ekonomi, sosial, sampai kesehatan bisa merasakan efek masalah global ini.

Baca juga: Kenali Apa itu Virus Marburg, Asal Usul, Gejala, dan Penularannya

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.


Terkini Lainnya
Minum Air Putih Terlalu Banyak Bisa Berbahaya, Ini Rekomendasi Jumlah Aman Tiap Hari
Minum Air Putih Terlalu Banyak Bisa Berbahaya, Ini Rekomendasi Jumlah Aman Tiap Hari
Health
Pakar Gizi BGN: Menu MBG Wajib Sesuai AKG dan Keanekaragaman Pangan
Pakar Gizi BGN: Menu MBG Wajib Sesuai AKG dan Keanekaragaman Pangan
Health
5 Faktor Risiko Pengapuran Lutut: Bisa Terjadi Sebelum Tua jika Diabaikan
5 Faktor Risiko Pengapuran Lutut: Bisa Terjadi Sebelum Tua jika Diabaikan
Health
1 dari 3 Orang Dewasa di Indonesia Derita Hipertensi Tanpa Disadari
1 dari 3 Orang Dewasa di Indonesia Derita Hipertensi Tanpa Disadari
Health
Studi: Konsumsi Pornografi Berlebihan Bisa Ubah Fungsi Otak dan Ganggu Pikiran
Studi: Konsumsi Pornografi Berlebihan Bisa Ubah Fungsi Otak dan Ganggu Pikiran
Health
Anak 12 Tahun Peserta JKN Meninggal Setelah Ditolak RSUD, Ini Tanggapan BPJS…
Anak 12 Tahun Peserta JKN Meninggal Setelah Ditolak RSUD, Ini Tanggapan BPJS…
Health
Dokter: Cukup Tidur Bisa Jadi Cara untuk Mencegah Stroke
Dokter: Cukup Tidur Bisa Jadi Cara untuk Mencegah Stroke
Health
Sering Pakai Earbuds? Waspadai Risiko Iritasi, Infeksi, hingga Penumpukan Kotoran Telinga
Sering Pakai Earbuds? Waspadai Risiko Iritasi, Infeksi, hingga Penumpukan Kotoran Telinga
Health
6 Gejala Pengapuran Lutut yang Sering Diabaikan, Dampaknya Bisa Melumpuhkan
6 Gejala Pengapuran Lutut yang Sering Diabaikan, Dampaknya Bisa Melumpuhkan
Health
Ini Fakta Pentingnya Mengelola Stres dengan Baik
Ini Fakta Pentingnya Mengelola Stres dengan Baik
Health
5 Gejala Anemia pada Anak: IDAI Ingatkan Orang Tua untuk Cermat
5 Gejala Anemia pada Anak: IDAI Ingatkan Orang Tua untuk Cermat
Health
Studi: Paparan Nikel Picu Cacat Lahir dan Gangguan Otak pada Anak
Studi: Paparan Nikel Picu Cacat Lahir dan Gangguan Otak pada Anak
Health
6 Penyebab Anemia pada Anak: Kekurangan Zat Besi dan Pola Makan Buruk Jadi Faktor Utama
6 Penyebab Anemia pada Anak: Kekurangan Zat Besi dan Pola Makan Buruk Jadi Faktor Utama
Health
Cara Mencegah Cacar Api dengan Vaksinasi hingga Gaya Hidup
Cara Mencegah Cacar Api dengan Vaksinasi hingga Gaya Hidup
Health
Studi Baru Temukan Nutrisi Ini Bisa Turunkan Risiko Diabetes dan Penyakit Jantung
Studi Baru Temukan Nutrisi Ini Bisa Turunkan Risiko Diabetes dan Penyakit Jantung
Health
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar di Artikel Lainnya
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau