Peningkatkan suhu ekstrem disertai paparan sinar berlebihan tak jarang juga meningkatkan kejadian kulit terbakar matahari (sun burning).
Baca juga: 10 Virus Paling Mematikan di Dunia Sepanjang Sejarah Peradaban Manusia
Perubahan iklim yang berdampak pada cuaca ekstrim bisa menyebabkan peningkatan intensitas hujan disertai angin kencang dan banjir.
Kondisi ini bisa menyebabkan lingkungan jadi tempat ideal untuk nyamuk berkembang biak, termasuk nyamuk penyebab demam berdarah dengue (DBD) dan malaria.
Dengan kondisi perubahan iklim ini, wabah penyakit malaria dan DBD semakin banyak.
Infeksi saluran pernapasan akut (ISPA) adalah penyakit infeksi yang menyerang saluran napas, mulai dari hidung sampai alveoli paru-paru. ISPA yang berkepanjangan dapat berkembang menjadi pneumonia.
Peningkatan suhu bumi secara global karena perubahan iklim dapat menyebabkan kebakaran semak dan hutan.
Kondisi ini dapat memicu bencana asap dan meningkatkan risiko penyakit ISPA sampai pneumonia.
Tuberkulosis atau TBC adalah penyakit yang disebabkan infeksi bakteri Mycobacterium tuberculosis.
Dilansir dari buku Dampak Perubahan Iklim Sektor Kesehatan Berbasis Bukti di Indonesia, perubahan iklim bisa membuat suhu rendah, kelembapan udara menurun, dan lebih berangin.
Kondisi ini secara langsung dan tidak langsung dapat meningkatkan risiko penularan TBC.
Baca juga: 7 Penyakit Menular yang Rawan Menyerang di Musim Banjir
Diare adalah penyakit gangguan pencernaan yang disebabkan infeksi bakteri, virus, dan parasit. Kebanyakan penyebab diare berasal dari infeksi rotavirus dan Escherichia coli.
Perubahan iklim yang berdampak pada banjir dan kekeringan sama-sama bisa menyebabkan diare.
Kebersihan lingkungan yang menurun dan minimnya ketersediaan air bersih saat banjir membuat orang lebih rentan terkena diare.
Sementara itu, kekeringan bisa menyebabkan kelangkaan air bersih dan membuat konsentrasi patogen atau kuman seperti biang diare meningkat.
Anak balita membutuhkan gizi yang memadai agar tumbuh kembangnya optimal.